Jumat 17 Jul 2020 00:30 WIB

Epidemiolog: Masyarakat Belum Siap Terapkan New Normal

Menurut Pandu, (PSBB) transisi fase 1 di Jakarta harus dipertahankan.

Warga mengenakan masker beraktivitas saat hari pertama pembukaan kembali pusat perbelanjaan di Pondok Indah Mall, Jakarta, Senin (15/6). Pemprov DKI Jakarta memutuskan untuk memperpanjang PSBB fase 1.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga mengenakan masker beraktivitas saat hari pertama pembukaan kembali pusat perbelanjaan di Pondok Indah Mall, Jakarta, Senin (15/6). Pemprov DKI Jakarta memutuskan untuk memperpanjang PSBB fase 1.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi fase 1 di Jakarta harus dipertahankan. Menurutnya, warga Jakarta belum siap menerapkan normal baru (new normal) sebagai tatanan hidup.

Pandu menilai, kesadaran masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan masih kurang. Hal itu tercermin dari perkembangan kasus Covid-19 yang masih tinggi.

Baca Juga

"Orang Indonesia belum bisa normal. Jakarta apalagi, kasusnya makin tinggi. Harusnya, PSBB transisi tetap dipertahankan, jangan pindah ke fase berikutnya," ujar Pandu saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Pandu mengatakan, selama penetapan masa PSBB, Pemprov DKI kerap meminta masukan dan pertimbangan dari segi epidemiologi kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI seperti penerapan PSBB dan PSBB transisi. Pandu menuturkan, ketika suatu daerah memberlakukan normal baru, artinya semua kegiatan sudah boleh dibuka kembali.

Selama PSBB transisi, menurut Pandu, kegiatan yang mengumpulkan orang di ruang tertutup tidak diizinkan. Dalam masa normal baru, kegiatan tersebut sudah bisa diizinkan.

Kegiatan di dalam ruangan yang memiliki risiko penularan Covid-19 itu meliputi tempat karaoke, tempat hiburan malam (THM) atau diskotek, bioskop, resepsi pernikahan, konser, ataupun dangdut. Pandu pun meminta kepada Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI untuk tidak membuka dahulu kegiatan di dalam ruangan tertutup tersebut, termasuk tempat-tempat hiburan malam.

Ketika kegiatan tersebut sudah dibuka kembali, menurut Pandu, potensi penularan penyakit Covid-19 akan semakin besar. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengonfirmasi bahwa virus corona bisa menular lewat udara selama beberapa jam melalui partikel mikrodroplet.

Kegiatan di tempat tertutup yang biasanya hanya memakai air conditioner (AC) sebagai penyejuk udara dapat membuat tingkat konsentrasi penyebaran Covid-19 menjadi tinggi. Pemakaian AC dalam ruangan tertutup tak membuat sirkulasi udara dari luar bisa bergantian masuk ke dalam. Dengan begitu, ketika ada seseorang yang terinfeksi Covid-19 bersin dan berbicara, mikrodroplet hanya akan bergerak di dalam ruangan saja.

"Harus diyakinkan betul bahwa tempat yang sudah diizinkan itu punya ventilasi udara yang bagus, lalu siap menerapkan dan menjaga protokol Covid-19," tuturnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement