Jumat 17 Jul 2020 00:10 WIB

IDI: Ventilasi Cegah Penumpukan Virus dalam Ruangan

Ruangan tertutup dan sirkulasinya buruk sangat berisiko terjadi penularan virus.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Yudha Manggala P Putra
Karyawan melakukan aktivitas di pusat perkantoran. Ilustrasi
Foto: ANTARA/MUHAMMAD ADIMAJA
Karyawan melakukan aktivitas di pusat perkantoran. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai penambahan kasus positif Covid-19 dari lingkungan kerja dengan sirkulasi buruk mempertegas pernyataan organisasi kesehatan dunia (WHO) beberapa waktu lalu, bahwa virus ini bertahan di aerosol atau udara. Karena itu diperlukan penerapan ventilasi baik yang memadai dan protokol kesehatan pribadi.

"Sebenarnya itu sudah menjadi bahan diskusi kami di organisasi profesi bahwa kemungkinan terjadi (penularan virus) di airborne atau aerosol itu sangat tinggi, terutama di kondisi-kondisi yang memicu penumpukan akumulasi virus dalam satu ruangan," kata Wakil Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi

saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (16/7).

Adib menambahkan, beberapa faktor harus dilihat dalam penularan. Yakni virulensi virus atau jumlah virus, host atau kondisi manusia -- terutama yang memiliki penyakit penyerta, daya tahan tubuh turun, dan terakhir lingkungannya.

Artinya, dia menambahkan, kalau dalam satu lingkungan ruangan itu memicu akumulasi virus menjadi tinggi, manusia yang berada di dalamnya bisa terpapar. Sebab itu dalam kondisi ruangan tertutup dan sirkulasinya buruk sangat berisiko terjadi penularan virus.

"Ruangan tertutup ini bisa perkantoran, sekolah, tenaga medis di rumah sakit. Karena itu untuk mengurangi akumulasi virus di ruangan tertutup, maka yang perlu diperhatikan adalah ventilasinya," ujarnya.

Menciptakan sirkulasi udara  yang baik misalnya dengan membuka jendela. Atau, jika ruangan itu ada di gedung tinggi, maka harus tersedia exhaust fan, dan kalau tidak ada, pihak kantor bisa menyediakan air purifier.

Adib mengimbau pihak kantor kini tak hanya menyediakan alat pengukur suhu tubuh dan penyanitasi tangan saja. Mereka juga harus memastikan tata kelola ruangan atau sirkulasi udara yang baik di kantornya.

"Kenapa ini menjadi penting karena saat ini kan 70 persen orang yang terinfeksi virus ini tidak menunjukkan gejala, jadi kita tidak tahu dia terinfeksi atau menjadi carrier," ujarnya.

Selain itu, ia menyebutkan, protokol kesehatan perorangan pribadi juga harus dikedepankan meski di dalam ruangan mulai dari pakai masker wajah, menjaga jarak, cuci tangan, dan menghindari kerumunan.

"Dengan menerapkan protkol kesehatan ini artinya kita memperhatikan kesehatan diri sendiri dan mencegah kalau kita sakit tidak menularkan ke yang lain," ujarnya.

Sebelumnya Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebut penambahan kasus positif akhir-akhir banyak ditemukan di lingkungan kerja dengan kualitas udara yang tidak bagus. Ia mengatakan, ruang kerja tanpa sirkulasi udara yang tak berjalan baik dan hanya mengandalkan sistem pendingin ruangan justru meningkatkan risiko tertularnya Covid-19.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement