Jumat 17 Jul 2020 00:53 WIB

Studi: 2 Sikap Bos Ini Bisa Pengaruhi Kualitas Tidur Pegawai

Pegawai yang memiliki kualitas tidur baik cenderung lebih bahagia.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Ada dua sikap bos yang bisa pengaruhi kualitas tidur pegawai (ilustrasi).
Foto: businesscomputingworld.co.uk
Ada dua sikap bos yang bisa pengaruhi kualitas tidur pegawai (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, HELSINKI -- Bos tak hanya dapat menjadi penentu dalam urusan pekerjaan, tetapi juga dalam hal kualitas tidur para pegawainya. Sikap dan kepemimpinan bos yang toxic dapat membawa dampak negatif pada kualitas tidur pegawai.

Hubungan antara sikap bos dan kualitas tidur pegawai ini diungkapkan dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada Journal of Occupational Health Psychology. Studi yang dilakukan oleh Marjaana Sianoja dari Oregon Health and Science University beserta timnya ini menemukan bahwa pegawai yang tidur dengan baik juga menunjukkan kinerja yang baik dalam pekerjaan.

Pegawai yang memiliki kualitas tidur baik cenderung lebih bahagia dan lebih sehat. Mereka juga lebih aman dari potensi cedera fisik ketika melakukan pekerjaan yang memiliki risiko kecelakaan.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur pegawai adalah sikap dan kepemimpinan bos. Studi ini mengungkapkan setidaknya ada dua sikap toxic bos yang dapat mengacaukan kualitas tidur pegawai.

"(Studi ini) menunjukkan dua kebijakan atasan yang berbeda namun berkaitan yang dapat menyebabkan kekurangan tidur pada pekerja," ujar

Profesor Emerita dari Ilmu Psikologi dan Otak di University of Massachusetts Amherst, Susan Krauss Whitbourne PhD, seperti dilansir di Psychology Today.

Hal yang pertama adalah sikap bos yang terang-terangan meremehkan pentingnya tidur, seperti berbangga hati mengatakan bahwa dia hanya tidur beberapa jam per malam. Sikap seperti ini merendahkan pentingnya kualitas tidur sebagai kontributor penting dalam performa dan kesehatan secara keseluruhan.

"Ini memberikan sebuah contoh buruk bagi pegawai," ujar Whitbourne.

Bos juga tidak harus menunjukkan hal ini secara verbal. Tanpa kata-kata, bos juga dapat menunjukkan sikap yang membuat pegawai merasa bahwa tidur bukanlah hal yang penting.

Ketika bos menunjukkan sikap seperti ini, pegawai mungkin akan merasa bersalah bila menginginkan kesempatan untuk tidur cukup pada malam hari. Selain itu, sikap seperti ini juga dapat membuat pegawai ikut abai dalam memperhatikan kesehatan mereka.

Hal kedua adalah sikap bos yang tidak mendukung pentingnya keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan. Contohnya adalah sikap bos yang menuntut pegawai harus siap selama 24 jam dalam sehari bila dibutuhkan.

Berdasarkan studi, pegawai dengan atasan yang peduli terhadap keluarga cenderung lebih mudah dalam mengelola waktu ketika bergelut dengan pekerjaan dan urusan keluarga. Pengelolaan waktu yang baik ini juga dapat membantu pegawai untuk memiliki jam tidur yang lebih teratur, atau lebih lama.

"(Lingkungan kerja toxic) dapat mengganggu Anda dalam mempetahankan waktu tidur yang teratur dengan baik," kata Whitbourne.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement