REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana hidrometeorologi berupa banjir dan longsor kembali menelan korban jiwa. Kali ini banjir dan longsor Kota Sorong, Papua Barat, Kamis (16/7) malam. Akibatnya tiga jiwa meninggal dunia.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati menjelaskan, banjir dan longsor terjadi pada Kamis pukul 21.33 waktu setempat. "Kejadian tersebut dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi beberapa jam sebelumnya. Akibatnya tiga jiwa meninggal dunia," ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (17/7).
Dia menambahkan, banjir yang melanda lima kecamatan, yakni Sorong Utara, Sorong Timur, Malaimsimsa, Sorong Barat dan Sorong,l ini juga mengakibatkan tiga warga lain luka-luka.
Banjir mengakibatkan adanya rumah sakit yang terendam. Pantauan di lapangan mencatat tinggi muka air antara 50 hingga 100 centimeter (cm), sedangkan dampak lain masih dalam pendataan BPBD setempat. Beberapa akses jalan tidak dapat dilalui karena banjir dan longsor. Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kota Sorong telah melakukan kaji cepat koordinasi dengan instansi terkait, seperti Basarnas, TNI dan Polri.
Dia mengatakan, tim gabungan melakukan evakuasi korban dengan menerjunkan perahu karet.
Dilihat dari bahaya banjir berdasarkan InaRISK, katanya, sebanyak empat kecamatan berada pada kategori risiko sedang hingga tinggi.
Jumlah populasi terpapar bahaya ini mencapai 95.665 orang. Sedangkan bahaya longsor, sebanyak lima kecamatan pada kateogri yang sama dengan jumlah populasi terpapar sebanyak 5.492 orang.
Berdasarkan prakiraan BMKG terhadap hujan dasarian II – III Juli dan I Agustus 2020, wilayah Sorong masih berpotensi pada curah hujan menengah hingga tinggi. "Kondisi ini perlu disikapi oleh pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk tetap waspada dan siap siaga menghadapi potensi ancaman bahaya hidrometeorologi," katanya.