REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY – Maskapai asal Hong Kong, Cathay Pacific Airways memprediksi kerugian bersih semester pertama sebesar 9,9 miliar dolar Hong Kong atau sekitar 1,2 miliar dolar AS. Kerugian itu termasuk biaya penurunan nilai terhadap 16 pesawat. Pandemi Covid-19 yang menekan sektor pariwisata menjadi penyebab utamanya.
Perkiraan tersebut akan menandakan kerugian setengah tahunan terbesar Cathay dalam setidaknya satu dekade. Kondisi ini kontras dibandingkan pencapaian laba 1,35 miliar dolar HK pada paruh pertama 2019, sebelum adanya protes anti pemerintah dan virus Covid-19 yang mengurangi tingkat permintaan.
Sebelumnya, maskapai ini telah menandai kerugian semester pertama yang substansial. Seperti dilansir di Reuters, Jumat (17/7), Cathay harus ‘membakar’ uang tunai sebesar 2,5 miliar dolar HK hingga 3 miliar dolar HK tiap bulan sejak Februari.
Direktur Konsumen dan Komersial Cathay Ronald Lam menyebutkan, lanskap penerbangan internasional masih sangat tidak menentu. “Ini seiring dengan pembatasan antarperbatasan dan karantina yang masih berlaku di seluruh dunia,” ujarnya dalam sebuah pernyataan.
Pada bulan lalu, Cathay sempat menerima paket stimulus senilai 5 miliar dolar AS yang diberikan oleh pemerintah Hong Kong. Maskapai juga telah mendapatkan subsidi dari pemerintah yang mencegah perusahaan memangkas jumlah staf yang berbasis di Hong Kong sampai Agustus.
Maskapai berencana mengoperasikan tujuh persen dari kapasitas penumpang normal pada Juli, dan naik menjadi sekitar 10 persen pada Agustus, Kebijakan tersebut menyebabkan adanya penurunan pendapatan 2,4 miliar dolar HK, selain kerugian terkait dengan 16 pesawat yang tidak mungkin kembali terbang sebelum musim panas 2021.
Sebelum pengumuman resmi kerugian ini, Cathay diperkirakan akan membukukan kerugian setahun penuh hingga 12,6 miliar dolar HK pada 2020. Prediksi ini berdasarkan perhitungan rata-rata 13 analis yang disurvei oleh Refinitiv.
Cathay mengatakan, akan membuat keputusan sulit pada kuartal empat setelah meninjau semua aspek model bisnisnya, termasuk pesanan pesawat. Tapi, perusahaan masih belum menyebutkan secara detail.
Salah satu evaluasi yang akan dilakukan adalah pengiriman beberapa pesawat ke lokasi penyimpanan dengan kelembapan rendah, sehubungan dengan penurunan permintaan.