REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA -- Kasus Ebola di Republik Demokratik Kongo, tepatnya di Provinsi Equateur, terus meningkat. Hal itu memicu kekhawatiran karena Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan mitranya yang tengah menghadapi kesenjangan pendanaan kritis.
Sejak Juni, sekelompok kasus Ebola terdeteksi di daerah Mbandaka. Wabah tersebut telah menyebar ke enam zona kesehatan dengan 56 kasus tercatat. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan saat Ebola ditemukan di daerah itu pada 2018 yakni sebanyak 54 kasus terkonfirmasi.
Dari 56 kasus yang dilaporkan sejauh ini, 53 terkonfirmasi dan tiga lainnya belum tervalidasi atau masih dugaan. Dalam tiga pekan terakhir, 28 kasus Ebola dikonfirmasi.
"Menanggapi Ebola di tengah-tengah pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung adalah kompleks. Tetapi kita tidak boleh membiarkan Covid-19 mengalihkan kita dari penanganan ancaman kesehatan mendesak lainnya," kata Direktur Regional WHO untuk Afrika Dr Matshidiso Moeti dikutip laman allAfrica, Jumat (17/7).
Menurut Moeti, kasus-kasus Ebola yang dilaporkan saat ini berada atau tersebar di daerah terpencil di hutan hujan lebat. " Ini menghasilkan respons yang mahal karena memastikan bahwa responden dan persediaan mencapai populasi yang terkena dampak sangat sulit," ujarnya.
Respons Ebola yang sedang berlangsung menghadapi kekurangan dana. Sejauh ini WHO telah mengucurkan 1,75 juta dolar AS yang hanya akan bertahan beberapa pekan lagi.
Dukungan tambahan diperlukan guna meningkatkan upaya WHO, otoritas kesehatan Kongo, dan mitra secara cepat untuk memastikan semua masyarakat yang terkena dampak menerima layanan utama. Hal itu termasuk pendidikan kesehatan dan keterlibatan masyarakat, vaksinasi, pengujian, pelacakan kontak, serta perawatan.
Pencapaian signifikan telah dibuat sejak wabah dimulai. Dalam enam pekan, lebih dari 12 ribu orang telah divaksinasi. Selama wabah 2018 di Equateur, butuh dua pekan untuk memulai vaksinasi. Kali ini vaksinasi dimulai dalam waktu empat hari sejak wabah diumumkan.
Respons saat ini dibangun berdasarkan pelajaran yang dipetik dari wabah Ebola sebelumnya di Kongo, yakni menggarisbawahi pentingnya bekerja sama dengan masyarakat. Sekitar 90 persen dari vaksinator saat ini berasal dari masyarakat setempat.
Tanggapan tersebut juga telah dapat memanfaatkan keahlian teknisi laboratorium yang terlatih selama wabah 2018. Saat ini terdapat 26 teknisi laboratorium yang mendukung diagnostik. WHO bersama dengan Kementerian Kesehatan Kongo telah terlibat dengan masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang virus dan dukungan lokal untuk kegiatan respons.
Lebih dari 40 ribu rumah tangga telah dikunjungi oleh petugas kesehatan masyarakat. Selain itu terdapat lebih dari 273 ribu orang yang telah diberikan informasi kesehatan dan keselamatan.