REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengajak negara-negara MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea, Turki, Australia) untuk bersama-sama pulih dan menjadi lebih kuat dengan mensinergikan upaya pemulihan dengan pencapaian SDGs. Hal itu karena melihat kemunduran upaya pencapaian agenda pembangunan global sebagai akibat dari pandemi Covid-19.
Dalam pertemuan ke-17 para Menlu MIKTA yang dilangsungkan secara virtual tersebut, Menlu Retno menyampaikan tiga hal penting. Pertama, menurutnya, pandemi Covid-19 tidak hanya menyebabkan krisis kesehatan global, tetapi juga krisis pembangunan dan kemanusiaan yang tidak bisa diselesaikan sendiri pun oleh negara manapun.
"Oleh karena itu, kerja sama internasional dan multilateralisme menjadi semakin penting untuk secara bersama mencari solusi," ujar Menlu Retno dalam pertemuan tersebut, Jumat (17/7).
Menyoal relevensi MIKTA, poin kedua yang ditekankan Retno adalah untuk mampu beradaptasi, responsif, dan menjadi bagian dari solusi. Sebab, tantangan dunia saat ini sangat berbeda dengan tantangan yang dihadapi saat MIKTA pertama didirikan pada 2013.
"MIKTA perlu mendorong hasil konkret baik dalam mencari solusi dari berbagai masalah global, maupun dalam memberi kesejahteraan bagi masyarakatnya sendiri," kata Retno.
Retno menurutkan, bahwa saat ini tepat bagi MIKTA untuk bekerja bersama dalam memulihkan ekonomi yang terpukul akibat pandemi. "Ini adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan kerjasama ekonomi dan perdagangan di antara sesama negara MIKTA," ujarnya.
Ketiga, Menlu Retno menekankan bahwa MIKTA harus menjadi Positive Force untuk mengawal multilateralisme sehingga terus terjaga, dan dapat memiliki hasil konkret terutama di masa krisis seperti saat ini. PTM MIKTA ke-17 merupakan pertemuan pertama pada tingkat Menlu yang diselenggarakan oleh Korea Selatan sebagai koordinator MIKTA 2020.
Pertemuan itu ditujukan untuk membahas langkah MIKTA ke depan, termasuk rencana penyelenggaraan KTT MIKTA, serta upaya mendorong kerja sama multilateral dalam menangani dampak luas pandemi Covid-19. Hal itu antara lain untuk menjaga kestabilan perdagangan, global supply chain, mitigasi dampak, melindungi kaum rentan, dan mendorong percepatan dan distribusi vaksin.