Sabtu 18 Jul 2020 03:23 WIB

Dugaan Sementara Penyebab Banjir Bandang Luwu Utara

Curah hujan yang sangat besar diduga jadi penyebab utama banjir bandang.

Foto udara kondisi Kota Masamba yang tertimbun lumpur akibat terjangan banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Jumat (17/7/2020).
Foto: Antara/Abriawan Abhe
Foto udara kondisi Kota Masamba yang tertimbun lumpur akibat terjangan banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Jumat (17/7/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo membeberkan beberapa dugaan sementara penyebab banjir bandang yang melanda Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan pada 13 Juli 2020. Doni Monardo menyampaikan itu usai melakukan tinjauan langsung lewat udara di sejumlah titik bencana banjir bandang, Luwu Utara, Jumat (17/7).

"Yang pertama curah hujan yang sangat besar. Sebab tercatat intensitas hujan antara 250 sampai 300 mm dalam waktu yang sangat singkat tanggal 12 dan tanggal 13 Juli 2020," katanya.

Baca Juga

Menurut dia, jika kejadian ini akibat curah hujan yang terjadi pada tanggal 12-13 Juli tersebut akan dan sedang dilakukan analisa oleh tim BNPB yang sudah ditugaskan bersama tim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan juga beberapa kementerian lembaga yang lain. "Sehingga mendapatkan kesimpulan nanti apa yang menjadi penyebab utama," tegasnya.

Kemudian kedua, kata dia, ia melihat ada sebagian dari Gunung Lero dan Gunung Maganrang bagian selatan mengarah Kota Masamba yang terkupas. "Kalau itu sudah lama, biasanya pasti melihat ada tutupan sebagian dengan tanaman perdu misalnya, tanaman rambat misalnya. Tetapi kita perhatikan jarak jauh itu belum ada tutupan artinya itu masih baru," jelasnya.

Kemudian faktor yang lain adalah kawasan pegunungan tersebut adalah jenis bebatuan yang relatif gampang longsor. Sehingga ini menjadi catatan agar seluruh pemerintah, baik kabupaten dan provinsi agar daerah-daerah yang berada di wilayah kawasan bantaran sungai.

Terutama yang padat pemukiman penduduk sudah harus dipikirkan mitigasinya. Agar kasus ini tidak terulang dan tidak lagi menimbulkan korban.

"Ibu Bupati (Indah Putri Indriani) mengatakan tahun 1982 awal itu juga pernah terjadi peristiwa seperti ini, hanya korbannya tidak sebanyak seperti ini," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement