REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM - Raja Belanda Willem-Alexander pada Jumat (17/7) mengatakan, ia kemungkinan akan berhenti menggunakan kereta kuda untuk upacara, Gouden Koets, yang di lapisan luarnya menampilkan gambar-gambar penguasa saat masa penjajahan. Gouden Koets atau "Kereta Kuda Emas" telah dihujani kritik dari masyarakat dalam beberapa hari terakhir.
Kereta kuda kayu itu dibuat pada 1898 dan satu sisinya dihias dengan lukisan yang disebut "Penghargaan untuk Penjajah". Lukisan itu menampilkan gambar orang Asia dan kulit hitam membawa upeti untuk seorang perempuan kulit putih yang duduk di atas kursi takhta mewakili Kerajaan Belanda.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte pada Juni mengatakan, ia mengerti kereta kuda itu "memancing emosi" masyarakat. Bagi Rutte, "Itu semua bagian dari sejarah kami". Kereta kuda "Gouden Koets" masih menjalani restorasi sejak 2015.
Kereta kayu dan patung para pelaut pahlawan era keemasan Belanda pada abad ke-17 menjadi objek utama perdebatan di negara itu, dipicu oleh gerakan Black Lives Matter di Amerika Serikat.
"Kami mengikuti perdebatan itu, saya memperhatikannya," kata Raja Willem-Alexander saat sesi jumpa pers tahunan dengan media. Dalam kesempatan itu, biasanya para anggota Kerajaan Belanda berpose untuk gambar resmi tahunannya.
"Selama ada diskriminasi yang terlihat secara eksplisit dan implisit di Belanda, kita, sebagai bagian dari masyarakat, harus melawan itu," kata dia.
Kereta kuda itu, biasanya mengangkut raja ke tempat ia memberi sambutan di hadapan anggota parlemen tiap September. Namun, kereta itu tidak dapat beroperasi sampai 2021 karena masih diperbaiki.
Raja Belanda mengatakan, belum ada rencana mengubah hiasan di kereta kayu itu. "Itu merupakan bagian dari warisan budaya kita, kita tidak akan menulis ulang sejarah dengan restorasi. Setelah restorasi selesai, kita akan lihat seperti apa," kata Raja Willem.