REPUBLIKA.CO.ID,PALU -- Ratusan hektare sawah dan lahan jagung di Sulawesi Tengah terdampak bencana banjir yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini. Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng Trie Iriyani Lamakampali di Palu, Sabtu (18/7), mengatakan, lahan pertanian, khususnya padi dan jagung, tersebut terancam gagal panen.
Seperti di Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, katanya, ada sekitar 112 hektare lahan padi mengalami gagal panen.
Saat banjir bandang melanda wilayah itu, air meluap sampai ke lahan persawahan petani. Kecamatan Parigi Selatan, kata dia, merupakan salah satu sentra produksi beras di daerah itu. Selain di Kecamatan Parigi Selatan, lanjutnya, juga Kecamatan Bolano ada sekitar 50 hektare sawah hingga kini terendam air.
Banjir bandang juga merendam Kabupaten Morowali dan Morowalu Utara. Di Kabupaten Morowali Utara, sesuai data yang diperoleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulteng, kata dia, ada sebanyak 380 hektare lahan sawah dan jagung terendan banjir.
Namun, kata Trie Iriyani, meski terendam banjir, belum dipastikan apakah gagal panen atau tidak.
Sementara di Kabupaten Morowali, daerah tetangga Kabupaten Morowali Utara, tercatat lahan persawahan yang terendam hanya 18 hektare. Hingga kini, belum bisa diketahui kerugian akibat bencana banjir terhadap sektor pertanian karena masih sedang dalam tahap inventarisasi pihak terkait di masing-masing wilayah terdampak.
Meski banyak terjadi banjir, Trie menjamin, ketersediaan komoditas pangan di Sulteng masih memadai, mengingat provinsi ini telah mencapai swasembada beras sejak 1984. Setiap tahunnya Sulteng surplus beras hingga 300 ribu ton sehingga bisa mengirim beras ke sejumlah daerah yang mengalami defisit produksi.
"Kita berharap saja Sulteng pada musim panen 2020 ini tetap masih surplus beras," ujarnya.