REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC – Mengapa negara-negara Muslim tetap diam tentang perilaku China di Xinjiang? Sejak China melancarkan kampanye penindasan yang luas terhadap minoritas Muslim Uighur di wilayah barat negara itu sekitar empat tahun lalu. Pertanyaan tersebut muncul di benak para pembuat kebijakan dan analis.
Jawaban dari pertanyaan tersebut yang bisa ditemukan tampaknya sangat berkaitan dengan uang. Selama beberapa tahun terakhir, sebagai bagian dari inisiatif kebijakan luar negeri yang dikenal sebagai Belt and Road Initiative (BRI), China telah melakukan investasi besar-besaran di seluruh Timur Tengah, Afrika, dan Asia dalam segala hal mulai dari infrastruktur hingga telekomunikasi. Dalam prosesnya, China telah berhasil membuat negara-negara Muslim diam terhadap yang dilakukannya di Xinjiang.
Banyak contoh negara-negara yang pasif terhadap hal ini. Contohnya Turki, kecaman Presiden Recep Tayyip Erdogan atas perilaku China mereda setelah Bank Sentral China menawarkan dana talangan 1 miliar dolar untuk menstabilkan ekonomi negara yang sedang sakit pada musim panas lalu. Dilansir dari The Diplomat, Sabtu (18/7).
Contoh lainnya Arab Saudi, banyak kesepakatan baru-baru ini yang membuat China menjadi mitra utama dalam rencana pembangunan Visi 2030 negara itu. Mengubah House of Saud menjadi pembela China dalam prosesnya.
Di Pakistan, Perdana Menteri Imran Khan telah berulang kali menolak untuk secara resmi mengkritik perlakuan China terhadap Uighur, karena bantuan masa lalu dari China.
Semua kepatuhan mereka ditampilkan dalam surat pada Juli 2019 kepada PBB. Tidak kurang dari 37 negara, lebih dari sepertiganya mayoritas negara Muslim, mereka secara resmi memberikan dukungan di belakang kebijakan China di Xinjiang.
China melakukan upaya besar untuk mengambil hati para pemain utama dunia Muslim. Sebagai bagian dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dilakukan tahun ini melalui teleconference, secara resmi China berjanji untuk mengadopsi Deklarasi Amman. Pesan Amman ini berfungsi sebagai salah satu upaya multilateral paling awal untuk membangun respon intelektual terhadap ekstremisme Islam.
Sebagai bagian dari KTT, kantor berita resmi Xinhua melaporkan, kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri kegiatan teroris dalam segala bentuk, secara aktif memerangi ideologi ekstremis, tindakan terorisme dan hasutan terorisme. Serta memberantas akar penyebab terorisme dan memotong sumber pendanaannya.
Narasi itu penting karena membingkai penindasan China terhadap Uighur sebagai tindakan kontra terorisme. Kemudian menghadirkan China sebagai sekutu Muslim moderat melawan musuh bersama.
Keberhasilan BRI sangat bergantung pada China yang menjadikan Xinjiang sepenuhnya di bawah kendalinya, karena lokasi strategis kawasan itu menjadikannya penghubung penting dengan pasar Eurasia, Eropa, dan Timur Tengah.
Tetapi pemerintah China memandang agama yang terorganisasi dengan kecurigaan yang mendalam. China melihat Uighur di Xinjiang sangat rentan terhadap radikalisasi dan ekstremisme. Sehingga China memandangnya sebagai ancaman terhadap ambisi geopolitik mereka.
Akibatnya, minoritas Muslim China telah menjadi sasaran penindasan dengan proporsi yang benar-benar menakutkan. Sejak diluncurkan pada 2016, upaya itu telah memberlakukan pembatasan menyeluruh terhadap segala hal mulai dari pakaian Muslim hingga makanan dan menginternir lebih dari satu juta jiwa Muslim di kamp-kamp pendidikan ulang yang dirancang untuk menghilangkan identitas keagamaan dan menanamkan pemikiran komunis.
Dengan terungkapnya kebijakan sterilisasi paksa dan niat resmi memecah keluarga Uighur yang sekarang mendapatkan perhatian serius. Beberapa pengamat mulai menyamakan yang dilakukan otoritas China di Xinjiang dengan kejahatan genosida yang dilarang secara universal.
Tetapi negara-negara Muslim mungkin tidak akan berbicara tentang apa yang dilakukan China. Dengan merangkul Pesan Amman, China telah berhasil menyelesaikan investasi ekonomi, mengkooptasi hati dan pikiran pemerintah Muslim, baik di Timur Tengah dan di luar Timur Tengah. Sederhananya, China telah berhasil mengungguli dunia Muslim dan membajak narasi perjuangan melawan ekstremisme Islam untuk menutupi praktik-praktik menghebohkannya di dalam negerinya.
Sumber: https://thediplomat.com/2020/07/china-outmaneuvers-the-muslim-world/