Sabtu 18 Jul 2020 22:08 WIB

UAS Jelaskan Mengapa Islam Anjurkan Jangan Endapkan Uang  

UAS menjelaskan dampak mengendapkan uang di bank.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Ustadz Abdul Somad UAS menjelaskan dampak mengendapkan uang di bank.
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ustadz Abdul Somad UAS menjelaskan dampak mengendapkan uang di bank.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Umat Muslim tidak dianjurkan untuk menyimpan uang. Islam justru menganjurkan untuk memutar uang yang dimiliki agar beredar di masyarakat. 

Bagaimana cara memutar uang? Ustaz Abdul Somad (UAS) menjelaskannya dalam ceramah yang ditayangkan melalui video streaming di akun youtube resminya, Sabtu (18/7).

Baca Juga

"Islam tidak menganjurkan orang menyimpan uang. Uang ketika disimpan maka dikenakan zakat 2,5 persen setiap tahun. Tetapi Islam menganjurkan uang ini mesti beredar, (mesti) dipakai. Maka muncullah mudharabah bagi hasil," ujar UAS.

Saat ini, lanjut UAS, banyak orang yang memilih menyimpan uang. Misalnya seseorang ketika sudah pensiun lalu mendapat uang senilai Rp 5 miliar, kemudian disimpan di bank. "Lalu tiap bulan dia makan, makan riba. Akhirnya adrenalinnya, semangat hidupnya begitu-begitu saja, stagnan, tidak dinamis," jelasnya.

Kondisi demikian berbeda dengan zaman Rasulullah SAW di mana saat itu ketika orang memiliki uang kemudian dipinjamkan ke orang lain sebagai modal usaha. 

Di sinilah terjadi mudharabah. "Kalau untung kita tanggung bersama, dapat bagian dari bagi hasil. Kalau rugi, kita tanggung bersama," katanya.

UAS melanjutkan, orang yang meminjamkan uangnya sebagai modal usaha itu doanya akan lebih khusyuk. "Khusyuknya luar biasa. Misalnya kalau dia pinjamkan orang untuk ternak ikan atau tanaman, dia berdoa 'Ya Allah jangan sampai ikannya mati, tanamannya subur. Akan bangkit semangatnya, jantung pun akan sehat," ucapnya.

Dengan begitu, UAS menambahkan, muncul pula semangat baru melalui mudharabah itu. "Muncul adrenalin, ada silaturahim, doa, dan interaksi sosial," kata alumni Universitas al-Azhar Mesir itu.

Ustadz yang menyelesaikan pendidikan S2 di Darul Hadits Maroko itu juga mengingatkan, dalam berbisnis, prinsip yang harus dimiliki sebagaimana ajaran Rasulullah di antaranya yakni ambil untung sedikit tetapi banyak pelanggan.

Bila prinsipnya agar mencari keuntungan sebesar-besarnya dari satu atau sedikit orang, apalagi menyulitkan, menekan hingga menipu, tentu pelanggan yang telah bertransaksi itu tidak akan datang lagi.

"Itulah yang pertama dan terakhir. Selesai tidak mau berhubungan lagi. Tetapi kalau kita buat banyak orang (pelanggan), keuntungan memang tidak seberapa, tetapi sesungguhnya ada perputaran yang luar biasa di sana," imbuh UAS. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement