Ahad 19 Jul 2020 07:28 WIB

Pemerintah Libya Pindah Pasukan ke Dekat Fasilitas Minyak

Pasukan Libya ingin merebut kembali Sirte dan pangkalan udara dari LNA

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Anggota gerilyawan antipemerintah memegang senjata antiserangan udara di depan kilang minyak Ras Lanouf, di timur Libya (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Hussein Malla
Anggota gerilyawan antipemerintah memegang senjata antiserangan udara di depan kilang minyak Ras Lanouf, di timur Libya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MISRATA -- Pemerintah Libya yang diakui secara internasional, Government of National Accord (GNA) memindahkan pasukan lebih dekat ke Sirte pada Sabtu (18/7). Wilayah tersebut menjadi pintu gerbang ke terminal minyak utama Libya yang akan direbut kembali dari Libyan National Army (LNA) yang berpusat di timur.

Para saksi dan komandan militer GNA mengatakan, pasukan berisi sekitar 200 kendaraan bergerak ke arah timur dari Misrata di sepanjang pantai Mediterania menuju kota Tawergha, sekitar sepertiga dari perjalanan ke Sirte. Didukung oleh Turki, GNA mengatakan akan merebut kembali Sirte dan pangkalan udara LNA di Jufra.

Baca Juga

GNA baru-baru ini merebut kembali sebagian besar wilayah yang dipegang oleh LNA di barat laut Libya. Aksi itu mengakhiri upaya 14 bulan komandan timur Khalifa Haftar untuk mengambil ibu kota, Tripoli, sebelum garis depan baru dikuatkan antara Misrata dan Sirte.

Tapi, Mesir, yang mendukung pasukan LNA bersama Uni Emirate Arab dan Rusia, telah mengancam untuk mengirim pasukan ke Libya. Keputusan itu akan bergantung dari langkah GNA dan pasukan Turki yang mencoba untuk merebut Sirte.

Amerika Serikat mengatakan, Moskow telah mengirim pesawat perang ke Jufra melalui Suriah untuk mendukung tentara bayaran Rusia yang berperang bersama LNA. Moskow dan LNA sama-sama menyangkal klaim tersebut.

Sementara, LNA telah mengirim pasukan dan senjata untuk meningkatkan pertahanannya terhadap Sirte. Wilayah tersebut terpukul habis-habisan oleh peperangan dan kekacauan sebelumnya sejak revolusi 2011 melawan pemimpin lama Libya, Muammar Gaddafi. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement