REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semasa hidup, Sapardi Djoko Damono dikenal melalui berbagai puisi mengenai hal sederhana namun penuh makna. Dan ternyata, puisi-puisi yang ia tulis itu betul-betul mencerminkan kepribadian Sapardi.
Pengarang sekaligus dosen sastra di Universitas Indonesia (UI) Maman S Mahayana menceritakan bahwa sosok Sapardi adalah manusia-seniman sejati. Menurut Maman, meski reputasinya di dunia sastra sudah menjulang tinggi namun itu tak membuat dia arogan, pongah, dan besar kepala.
"Sejauh yang saya kenal, ia selalu berusaha menghindar ketika saya atau siapa pun, membicarakan karyanya. 'Biarlah masyarakat sebebasnya memperlakukan karya itu. Saya malu kalau membicarakan karya sendiri'. Dia selalu berkata begitu," ungkap Maman saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (19/7).
Maman mengatakan, di setiap forum apapun, Sapardi selalu menempatkan diri sebagai manusia rendah hati. Karenanya, bagi Maman, bukan hanya karya-karyanya yang abadi namun juga kerendahan hatinya patut diteladani.
"Sapardi Djoko Damono adalah cermin hidup, bagaimana puja-puji dan sanjungan yang menghujaninya, tidak membuatnya lupa daratan," jelas Maman.
Kerendahan hati itu terbukti dari keengganan Sapardi memakai atribut dan gelar kebangsawanannya. Mengingat, ia lahir dari keluarga bangsawan Solo. "Bagi saya Sapardi adalah kisah tentang humanisme. Dia juga sangat terbuka, egaliter, welcome, asyik, dan selalu santuy," ucap Maman.
Diketahui, Sapardi Djoko Damono meninggal pada Ahad (19/7) setelah dirawat di rumah sakit sejak Kamis karena menurunnya fungsi organ tubuh. Sapardi akan dimakamkan sore ini di Taman Pemakaman Giri Tama, Giri Tonjong, Kabupaten Bogor.
Sapardi merupakan sastrawan Indonesia yang aktif sejak tahun 1950-an hingga kini. Tak hanya menulis sajak dan puisi, pria yang lahir pada 20 Maret 1940 itu juga memiliki karya tulis lain berupa esai dan cerita pendek.
Sejumlah puisi karya Sapardi pun mulai diapresiasi dan diangkat ke bentuk seni lainnya seperti dimusikalisasi. Sapardi Djoko Damono telah menulis puluhan buku dan karya tulis. "Hujan Bulan Juni" (1994) adalah salah satu karyanya yang paling terkenal.