REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Budayawan Radhar Panca Dahana mengenang sosok sastrawan Sapardi Djoko Damono sangat berdedikasi dalam dunia sastra. Selain aktif dan produktif berkarya, loyalitas almarhum dalam dunia puisi sangat tinggi.
"Dalam peta sastra Indonesia, posisinya cukup kuat. Karya-karyanya itu saya anggap semacam salah satu monumen dalam genre puisi liris. Pentolan yang berdedikasi tinggi dalam dunia puisi liris," kata Radhar saat dihubungi Republika.co.id.
Apabila dibandingkan dengan kawan-kawan penyair lain yang datang dari satu angkatan, Radhar menganggap konsistensi Sapardi berpuisi sangat tinggi. Tidak cuma menulis puisi, almarhum pun aktif membuat cerita pendek, drama, serta karya lain.
Saking aktif dan produktifnya, Radhar mengatakan Sapardi tidak segan mencetak dan menerbitkan karyanya sendiri, kadang mendesain dan melakukan distribusi mandiri. Almarhum juga senang pergi dari kampus ke kampus, satu kota ke kota lain untuk memperkenalkan karya.
Pergaulan Sapardi yang luas serta inisiatif memopulerkan apa yang sudah dia buat membuat karyanya banyak dikenal dan menjangkau banyak kalangan. Karya puisinya pun mengena dan menancap di ingatan publik.
Radhar berinteraksi dengan Sapardi dalam sejumlah perjumpaan kreatif. Pria 55 tahun itu mengatakan dia dan Sapardi punya metode dan pendekatan berbeda dalam berkarya, juga bentuk dan filosofi berlainan, tapi tetap saling menaruh respek.
"Selalu kalau bertemu, saya memberi hormat dan dia juga memberi respek kepada saya yang lebih muda. Kami bicara hal-hal ringan, tentang puisi," ungkap Radhar yang menjabat sebagai Presiden Federasi Teater Indonesia.