REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemimpin tiga negara Uni Eropa, yakni Prancis, Jerman, dan Italia pada Sabtu (18/7) untuk pertama kalinya mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada negara-negara yang masih melanggar aturan PBB soal embargo senjata ke Libya. Mungkinkah sanksi itu akan jatuh ke Turki atau Mesir yang selama ini aktif dukung pihak bertikai di Libya?
Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte menyatakan ancaman itu dalam sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh kepemimpinan Prancis usai sebuah pertemuan di Brussels, Belgia.
Ketiganya mendesak semua pihak luar untuk mengakhiri sikap campur tangan yang terus meningkat serta patuh sepenuhnya pada embargo senjata yang diatur oleh Dewan Keamanan PBB.
"Kami siap mempertimbangkan kemungkinan penggunaan sanksi jika pelanggaran embargo di darat, laut, dan udara terus berlanjut, serta mengupayakan agar usulan kebijakan luar negeri dan keamanan dari Perwakilan Tinggi Uni Eropa akan menyertakan hal ini," tulis mereka dalam pernyataan tersebut.
Dalam beberapa pekan belakangan, Turki menjalankan intervensi terhadap situasi di Libya dengan menyediakan pasukan udara, senjata, dan prajurit sekutu dari Suriah untuk membantu pemerintah yang diakui secara internasional. Sementara pasukan oposisi yang dipimpin oleh komandan militer Khalifa Haftar, didukung oleh Uni Emirat Arab, Mesir, dan Rusia--yang juga digugat oleh PBB atas pelanggaran aturan embargo.
Para diplomat sebelumnya telah menyebut bahwa negara-negara Uni Eropa juga mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi terhadap perseorangan dari kedua belah pihak bertikai di Libya.