REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- TikTok telah berdiskusi dengan pemerintah Inggris selama beberapa bulan terakhir untuk membuka kantor pusat di London. Ini sebagai bagian dari strategi untuk menjauhkan diri dari negara asalnya, China.
Menurut sumber yang dekat dengan masalah tersebut, Reuters melaporkan, Ahad (19/7), London adalah salah satu dari beberapa lokasi yang dipertimbangkan TikTok, namun belum ada keputusan yang diambil.
Tidak jelas lokasi mana saja yang sedang dipertimbangkan TikTok, namun secara agresif telah merekrut sejumlah orang di California tahun ini, termasuk mantan eksekutif Walt Disney, Kevin Mayer, untuk menjadi CEO TikTok yang berbasis di Amerika Serikat.
TikTok menghadapi pengawasan ketat di Washington atas kecurigaan China dapat memaksa perusahaan untuk menyerahkan data pengguna. TikTok merupakan aplikasi video singkat milik ByteDance yang berbasis di China.
Sumber mengatakan bahwa perusahaan tersebut sebagian besar fokus pada masalah-masalahnya di AS selama beberapa pekan terakhir, namun belum mengesampingkan London sebagai lokasi potensial untuk markas barunya.
TikTok diperkirakan akan "secara signifikan" meningkatkan jumlah tenaga kerjanya di London dan lokasi-lokasi penting lainnya di luar China selama beberapa tahun ke depan, menurut sumber tersebut.
The Sunday Times melaporkan bahwa TikTok telah membatalkan pembicaraan dengan pemerintah Inggris untuk membuka kantor pusat global di Inggris.
Namun, sumber lain mengatakan TikTok masih dalam diskusi dengan pemerintah Inggris. Sementara, TikTok menolak untuk berkomentar, demikian Reuters.