REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sedikitnya 36 jiwa meninggal dunia akibat terjangan bencana banjir bandang di Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga Sabtu (18/7). Selain itu, lebih dari 14 ribu orang juga menjadi korban terdampak bencana ini.
Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB B Wisnu Widjaja mengatakan, bencana ini tidak hanya menyebabkan kerugian harta benda dan merusak lingkungan melainkan juga menyebabkan korban jiwa.
"Dari data Pusdalops BNPB sampai dengan Sabtu (18/7), korban jiwa yang meninggal dunia berjumlah 36 orang, hilang 40 orang, dan luka-luka 58 orang. Kemudian total korban terdampak berjumlah 3.627 kepala keluarga (KK) atau 14.483 orang," ujarnya saat konferensi pers virtual di akun youtube saluran BNPB bertema update banjir bandang di Luwu Utara, Ahad (19/7).
Selain itu, ia menyebutkan bencana itu berdampak di beberapa kecamatan di antaranya Kecamatan Masamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta Selatan, Malangke, dan Malangke Barat. Lebih lanjut ia menyebutkan, sebanyak 76 titik pengungsian telah tersebar di tiga kecamatan yaitu di Sabbang, Baebunta, dan Masamba.
Hingga kini, ia menyebutkan BNPB bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), kementerian/lembaga, TNI/polri dan Pemda terkait masih terus melakukan inventarisasi dan secepatnya menilai seberapa besar dampak yang ditimbukan. Baik dari sisi korban jiwa, situasi sosial kemudian dampak ekonomi seperti kerugian harta benda, kerusakan infrastruktur, fasilitas umum dan sebagainya. Selain itu, ia menyebutkan pentingnya upaya penanganan darurat bagi korban terdampak di wilayah tersebut.
"Merespons kejadian ini, kami telah melakukan rapat koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait dan dari tim intelijen bencana pada Sabtu, 18 Juli 2020 untuk mengumpulkan informasi mengenai fakta-fakta di lapangan yang sedang terjadi, penyebab, dan dampak secara ilmiah kejadian tersebut," ujarnya.