REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU, KH Abdul Ghaffar Rozin mengatakan, banyaknya pesantren yang menjadi klaster penularan Covid-19 seharusnya menjadi peringatan keras. Pesantren lain pun diminta untuk lebih memperketat prokotol kesehatan.
"Banyaknya pesantren yang menjadi klaster seharusnya menjadi alarm keras bagi yang lain untuk segera menyesuaikan diri dengan kondisi terakhir," ujar Gus Rozin saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (19/7).
Sebelumnya, Wakil Presiden Ma'ruf Amin juga mengatakan, pondok pesantren bisa menjadi klaster baru penyebaran Covid-19 apabila tidak dilakukan pencegahan dengan mempersiapkan prosedur penerimaan kembali santri sesuai protokol kesehatan. Karena itu, Kiai Ma'ruf meminta seluruh pengurus pondok pesantren menerapkan protokol kesehatan dengan ketat ketika ingin memulai kembali kegiatan belajar dan mengajar secara tatap muka.
Gus Rozien mengatakan, apa yang disampaikan Wapres tersebut sangat penting melihat perkembangan Covid-19 di pesantren. Bahkan, menurut dia, Wapres kurang tegas dalam menganjurkan penundaan pembukaan pesantren.
"Pernyataan Wapres penting dan sanget relevan dengan perkembangan sekarang ini. Malah menurut saya kurang tegas dalam menganjurkan penundaan membuka pesantren," ucapnya.
Karena, menurut dia, masih banyak pesantren yang tidak sesiap yang diperkirakan dalam mengaktifkan kembali proses pembelajaran maupun dalam penerimaan santri baru. "Pada kenyataannya banyak pesantren tidak sesiap yang diperkirakan dalam mengaktifkan pembelajarannya. Sebagian melaksanakan protokol dengan setengah-setengah, sebagian lagi malah cenderung abai," jelasnya.
Dia menambahkan, walaupun memang ada pesantren yang sangat disiplin menerapkan protokol, tapi jumlahnya tidak banyak. Menurut dia, pesantren bukanlah tempat paling dari Covid-19.
"Pada kenyataannya sekarang tidak bisa dijamin pesantren tempat paling aman," tutupnya.