REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pakar kesehatan meninjau pengaruh penyakit ginjal terhadap kondisi kehamilan dan perencanaan kehamilan. Perempuan yang mengidap gagal ginjal kronis lebih sulit hamil secara alami dan kerap mengalami masalah ketika mengandung.
Risiko komplikasi ketika hamil meningkat karena memburuknya fungsi ginjal dan terjadi peningkatan kebocoran protein. Kemungkinan lain termasuk memburuknya tekanan darah pasien sehingga dapat menyebabkan terjadinya keguguran.
Prosedur dialisis untuk membuang limbah berbahaya dari dalam tubuh bagi pasien penyakit ginjal juga amat berdampak. Kemungkinan pembuahan pada perempuan yang menjalani dialisis hanya 0,3 persen sampai 2,2 persen per tahun.
Ada pula risiko tinggi kematian neonatal (sebelum lahir) karena kelahiran prematur serta retardasi pertumbuhan alias berat lahir bayi yang rendah. Itu sebabnya, perempuan pengidap penyakit ginjal kerap mendapat anjuran untuk menghindari kehamilan.
Konsultan Obstetri & Ginekologi Rumah Sakit Fortis Mulund di Mumbai, India, dr Sonal Kumta, mengatakan semua kemungkinan tersebut amat berpotensi bahaya bagi ibu dan bayi. Karenanya, perempuan dan pasangan disarankan mencegah kehamilan.
Pasien dan pasangannya cenderung memilih kontrasepsi jangka panjang reversibel karena memiliki tingkat kegagalan kurang dari satu persen. Apabila pasien tetap ingin hamil, dianjurkan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Kumta merekomendasikan konsultasi dengan tim multidisiplin. Pasien perlu mendatangi ahli nefrologi (cabang medis internal yang mempelajari fungsi dan penyakit ginjal) dan ahli obstetri (ilmu bedah kedokteran yang khusus mempelajari persalinan).
"Waktu kehamilan harus direncanakan dengan baik, berdasarkan stadium penyakit ginjal, kontrol tekanan darah, dan kadar proteinuria (kondisi terdapatnya protein dalam urine)," ungkap Kumta, dikutip dari laman Times Now News.
Semua itu berupaya membantu menentukan hasil kehamilan, sekaligus mencegah memburuknya fungsi ginjal. Pilihan metode mencapai kehamilan yang bisa dilakukan adalah pembekuan telur dan sperma di klinik kesuburan.
Kondisi itu dapat dipertimbangkan pasien selain teknik bayi tabung. Kehamilan juga dapat terjadi dengan cara donor sel telur atau sperma pada pasien yang tidak dapat memproduksi gamet mereka sendiri.
Konsultan Ahli Nefrologi dan Transplantasi Rumah Sakit Fortis Mulund, Haresh Dodeja, mengatakan pasien pengidap gagal ginjal terkadang dapat hamil tanpa intervensi. Dengan catatan, ada pemantauan tiap pekan yang sangat intensif.
Kondisi yang dipantau termasuk hipertensi, anemia, penyakit tulang, kebutuhan nutrisi pada ibu, retardasi pertumbuhan intra-uterine, dan prematuritas untuk janin. Pasien dianjurkan untuk dirawat di klinik obstetrik ginjal berisiko tinggi.
Pada sebagian besar perempuan dengan kehamilan terencana, persalinan pervaginam dapat menjadi mode yang lebih disukai. Akan tetapi, perlu diingat terdapat pertimbangan darurat untuk pasien jika terjadi penurunan fungsi ginjal.
"Fungsi ginjal yang memburuk dengan cepat dan memerlukan dialisis mungkin harus dibarengi penghentian kehamilan atau kelahiran bayi dengan segera," tutur Dodeja.