Senin 20 Jul 2020 16:08 WIB

Pembelajaran Jauh, PGRI Ingatkan Ancaman Limbah Pendidikan

Limbah pendidikan karena proses PJJ tidak maksimal berupa lost generation.

Rep: Rizkyan Adiyudha / Red: Ratna Puspita
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengingatkan potensi adanya limbah pendidikan akibat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di tengah pandemi Covid-19.  (Foto: Ilustrasi aplikasi belajar online)
Foto: Pixabay
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengingatkan potensi adanya limbah pendidikan akibat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di tengah pandemi Covid-19. (Foto: Ilustrasi aplikasi belajar online)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengingatkan potensi adanya limbah pendidikan akibat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di tengah pandemi Covid-19. Limbah pendidikan berupa generasi yang hilang itu bisa muncul kalau proses pelaksanaan PJJ tidak berjalan dengan maksimal.

"Jadi kalo proses PJJ atau daring ini gagal maka nanti akan ada limbah pendidikan yang disebut dengan lost generation," kata Ketua Pengurus Besar (PB) PGRI Dudung Koswara di Jakarta, Senin (20/7).

Dia menegaskan sampai hari ini wabah virus SARS-CoV-2 alias Covid-19 belum menghilangkan, sementara tuntutan anak didik harus belajar itu tidak bisa diabaikan. Dia menjelaskan, limbah pendidikan berupa lost generation terlahir dari proses pendidikan yang tidak maksimal sehingga anak memiliki pengetahuan yang rendah.

Dia mengungkapkan, hingga saat ini PJJ masih memiliki sejumlah kendala. Misalnya, keterbatasan jaringan, kepemilikan perangkat baik laptop atau gawai pintar di antara para peserta didik terlebih di daerah, hingga kemampuan beradaptasi akan teknologi bagi para tenaga pengajar.

"Tidak semua guru memiliki kemampuan beradaptasi dengan proses PJJ. Jadi guru dan anak didik faktanya memiliki keterbatasan-keterbatasan," katanya.

Dia mengakui, idealnya, guru juga tetap memiliki kemampuan melaksanakan PJJ. Dia mengatakan, guru sebelum masa pandemi juga diharuskan bisa mengajar secara tatap muka. 

Perbedaannya kini, mereka harus bisa tatap layar atau tatap virtual. "Maka semua guru dipaksa beradaptasi sehingga idelanya semua mampu melaksanakn proses PJJ," katanya.

Pada saat yang bersamaan, dia juga meminta setiap kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum agar membuat format tertentu untuk memudahkan para guru. Dia mengatakan, sehingga kendala akan kemampuan pemahaman teknologi, kuota dan hal lainnya yang belum siap itu bisa teratasi.

Dia mengungkapkan, saat ini kepala sekolah dan para guru juga terus melakukan pembahasan dalam forum group discusion (FGD) hingga lokakarya pendalaman berkenaan dengan metode PJJ. Menurutnya, yang laling penting tidak boleh anak didik terputus dengan gurunya dan mereka tetap dapat belajar dengan metode yang tidak memberatkan karena tidak ada tatap muka.

"Bahkan harus ada komunikasi antara guru dengan orang. Keduanya harus ada komunikasi sehingga orang tua juga berubah wujud jadi guru juga," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement