REPUBLIKA.CO.ID, Oleh:Ulfah Choirunisa, Program Analyst Rumah Zakat
Idul Adha Menjadi Momentum Perbaikan Kualitas Ketahanan pangan
Hari Raya Idul Adha menjadi momentum dalam upaya meningkatkan kualitas ketahanan pangan di dalam negeri. Pemanfaatan dan pendistribusian daging qurban bisa menjadi salah satu alternatif bahan makanan yang nantinya bisa dioptimalkan menjadi sebuah produk yang bisa membantu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat khususnya di tengah ancaman krisis pangan akibat wabah Covid-19.
Bagaimana kondisi ketahanan pangan Indonesia saat ini?
Menurut Global Food Security Indeks (GFSI) 2019 Asia-pasific Ranking dalam hal indeks dan keberagaman pangan, Indonesia menempati peringkat ke-12 dari 23 negara di Asia Pasifik. Peringkat tersebut tentunya bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan, jika melihat keberagaman Indonesia yang begitu kaya dan beraneka ragam.
Rendahnya peringkat Indonesia diakibatkan adanya beberapa indikator yang masih belum mencapai titik maksimal. Indikator tersebut diantaranya keanekaragaman makanan, kualitas protein, dan ketersediaan makanan.
Covid-19 Sebagai Ancaman Ketahanan Pangan
Berbicara tentang Covid-19, bukan hanya membahas soal virus dan Kesehatan. Lebih jauh, dalam jangka waktu Panjang keberadaan wabah ini tentu bisa mengancam kehidupan dengan semakin menipisnya ketersediaan pangan yang ada. Mengapa demikian? Seperti kita ketahui, Covid-19 memporak-porandakan aspek ekonomi di seluruh dunia. Hal tersebut tentunya berdampak terhadap daya beli masyarakat yang kian menurun.
Penurunan daya beli tidak diimbangi dengan peningkatan kebutuhan akan berdampak terhadap timbulnya kesenjangan dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup. Hal inilah yang kemudian akan sangat dirasakan oleh masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah.
Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat Selama Pandemi Covid-19
Tidak hanya itu, selama pandemi Covid-19 tingkat konsumsi masyakarat juga semakin meningkat. Selama pandemi, sekitar 65,8 persen masyarakat Indonesia mengalami peningkatan konsumsi terutama dalam hal kebutuhan listrik, bahan makanan, serta produk Kesehatan.
Apa yang Membuat Nilai Kualitas Protein Penduduk Indonesia Menjadi Rendah?
Tingginya angka konsumsi masyarakat Indonesia tidak serta merta membuat kualitas makanan yang mereka konsumsi sesuai dengan kebutuhan kadar gizi. Faktanya, Sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah ikan/udang/cumi/kerang. Sementara, daging yang notabene mengandung protein hewani dan vitamin B12, memiliki tingkat konsumsi yang sangat rendah.
Lalu mengapa bisa seperti itu? Secara tidak langsung, rendahnya kualitas protein yang dikonsumsi tentu saja membuktikan bahwa tingkat pengeluaran masyarakat juga rendah. Hal ini tentu saja menjadi perhatian penting bahwa harus segera dilakukan proses pemerataan distribusi bahan makanan yang mengandung protein untuk memperbaiki kualitas ketahanan pangan di masyarakat.
Mengapa konsumsi daging penting bagi penduduk Indonesia?
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyebutkan bahwa konsumsi daging tahun 2020 diperkirakan mengalami penurunan sebesar 2,8 persen. Pemberian makanan yang mengandung protein tentunya akan berdampak terhadap pemenuhan gizi di masyarakat.
Di tengah ancaman terganggunya ketahanan pangan nasional dan perubahan pola konsumsi di masa pandemi, daging qurban yang dihasilkan dari momen Idul Adha diharapkan mampu menjadi alternatif penyediaan pangan yang berkualitas, beragam dan dapat didistribusikan secara merata.
Karena itulah, Superqurban dan Desaku Berqurban bisa menjadi solusi dan alternatif untuk menghadapi ancaman ketahanan pangan nasional dan pemerataan distribusi pangan yang lebih beragam dan berkualitas bagi masyarakat.
Untuk masyarakat yang ingin melaksanakan kurban bersama Rumah Zakat bisa melalui www.rumahzakat.org/superqurban