Selasa 21 Jul 2020 05:36 WIB

Jubir MA Bantah Ketua MA Dekat dengan Djoko Tjandra

Jubir MA bantah ada kedekatan antara Ketua MA dengan Djoko Tjandra.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Bayu Hermawan
Juru bicara Mahkamah Agung (MA) Andi Samsan Nganro
Foto: Republika/Prayogi
Juru bicara Mahkamah Agung (MA) Andi Samsan Nganro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Mahkamah Agung (MA), Andi Samsan Nganro, membantah kabar adanya kedekatan antara Ketua MA dengan Djoko Tjandra yang tersebar di media sosial. Menurutnya, penyebutan adanya hubungan kedekatan antara Ketua MA dengan Djoko Tjandra hanya berdasarkan foto kuasa hukum dan suaminya dengan Ketua MA dan istri merupakan penggiringan opini.

"Masa hanya dari foto Ibu Anita dan suaminya dengan Pak KMA (Ketua MA) dan istri lalu dihubungkan kliennya Ibu Anita mempunyai hubungan kedekatan. Ini kan penggiringan opini namanya," ujar Andi melalui pesan singkat, Senin (20/7).

Baca Juga

Karena itu, dengan tegas ia membantah informasi dan berita yang beredar di media sosial itu. Menurut Andi, informasi tersebut tidak benar. "Informasi dan berita yang lagi ramai di medsos itu kami bantah, karena informasi dan berita tersebut tidak benar," jelasnya.

Andi juga mengatakan, tidak benar kabar yang menyebutkan adanya empat hakim agung yang mau dilobi oleh kuasa hukum Djoko Tjandra. Menurutnya, hal tersebut tidak mungkin terjadi karena hakim agung tidak semudah itu mau dilobi dan menerima sesuatu untuk menjual keadilan.

"Yakinlah tidak semudah itu kami mau dilobby, dan tidak semudah itu pula kami mau menerima sesuatu untuk menjual keadilan. Percayalah informasi itu kami bantah dan tidak benar," katanya.

Seperti diketahui, buron kasus korupsi, Djoko Soegiarto Tjandra kembali tak hadir dalam sidang peninjauan kembali (PK) yang dimohonkannya di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan. Pada hari ini, majelis hakim kembali harus menunda sidang PK hingga 27 Juli 2020.

Ketua Majelis Hakim Nazar Effriandi menyatakan, pihaknya menerima surat sakit dari Djoko Tjandra. Dalam surat itu, Djoko meminta persidangan dilakukan secara telekonferensi namun ditolak hakim.

"Iya saya sudah berikan kesempatan tiga kali untuk hadir. Suratnya juga isinya tidak memastikan bahwa dia hadir. Dia minta telekonferensi artinya dia tak akan hadir. Surat ini juga dibuat dari Kuala Lumpur, makanya tidak mungkin lagi dia akan hadir," kata Nazar, di PN Jakarta Selatan, Senin (20/7).

Pada sidang pekan depan, majelis hakim memberikan kesempatan terakhir kepada Djoko Tjandra untuk hadir di muka persidangan dan akan memberikan kesempatan kepada jaksa penuntut umum (JPU) memberikan pendapatnya. Setelah itu, majelis hakim akan mengambil keputusan.

"Persidangan kami tunda sampai 27 Juli 2020 pada pukul 10.00 WIB. Harus hadir tanpa dipanggil lagi. Nantinya, dalam agenda tersebut ada pendapat jaksa. Setelah itu, majelis yang akan memutuskan PK dalam kasus ini," kata Nazar.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement