REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kasus Ebola di wilayah barat Republik Demokratik Kongo mengalami peningkatan, yakni menjadi 60 kasus. menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (20/7), pemakaman menjadi perhatian khusus karena berisiko menyebarkan penyakit tersebut.
Pakar kedaruratan WHO Mike Ryan mengatakan, tiga kasus baru terdeteksi selama akhir pekan sehingga menambah totalnya menjadi 56 kasus terkonfimasi. Sementara, empat kasus dugaan wabah yang diumumkan bulan lalu ditemukan di Provinsi Equateur di Kongo.
"Penyakit ini aktif, tidak terkendali," kata Ryan saat konferensi virtual dari markas besar PBB di Jenewa, mencatat bahwa praktik pemakaman menjadi hal yang mengkhawatirkan.
Virus Ebola pertama kali ditemukan pada 1976, yang sebagian besar kasusnya ditemukan di wilayah Afrika. Wabah terbesar Ebola terjadi antara 2014 hingga 2016 di wilayah Afrika Barat, yang bermula dari pedesaan Guinea tenggara lalu menyebar ke wilayah perkotaan dan melintasi perbatasan negara hingga ke Sierra Leone, Liberia, dan sempat menjadi epidemi.
Orang yang terinfeksi virus Ebola akan mengalami perdarahan, kegagalan organ, dan bisa menemui ajal bila tak diobati dengan standar medis profesional.