Selasa 21 Jul 2020 15:47 WIB

Utang Inggris Naik Dua Kali Lipat Selama Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 di Inggris berdampak besar pada keuangan publik

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
 Seorang pembelanja melihat pakaian di sebuah toko di sepanjang Oxford Street di London, Selasa, 14 Juli 2020. Pemerintah Inggris menuntut orang-orang mengenakan masker di toko-toko karena mereka berusaha untuk mengklarifikasi pesannya setelah berminggu-minggu dicegah di tengah pandemi COVID-19.
Foto: AP / Frank Augstein
Seorang pembelanja melihat pakaian di sebuah toko di sepanjang Oxford Street di London, Selasa, 14 Juli 2020. Pemerintah Inggris menuntut orang-orang mengenakan masker di toko-toko karena mereka berusaha untuk mengklarifikasi pesannya setelah berminggu-minggu dicegah di tengah pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak mengatakan pandemi Covid-19 berdampak besar pada keuangan publik. Ia berjanji segera mengatasi masalah tersebut. Hal itu disampaikan setelah data menunjukkan pinjaman pemerintah Inggris dari bulan April hingga Juni melampaui rekor.  

"Jelas virus corona berdampak signifikan pada keuangan publik kami tapi kami tahu tanpa respons hal itu akan jauh lebih buruk, saya juga tegaskan, di jangka menengah, kami harus dan kami akan mengembalikan keuangan publik pada pijakan yang berkelanjutan," kata Sunak, Selasa (21/7).

Baca Juga

Data menunjukkan pinjaman pemerintah Inggris pada tiga bulan pertama tahun finansial 2020/2021 mencapai 127.9 miliar poundsterling. Selama karantina nasional pandemi virus corona, pinjaman Inggris tahun ini naik dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.  

Tanpa pinjaman bank-bank milik pemerintah, pinjaman Inggris pada bulan Juni sebesar 35,5 miliar pounds. Lima kali lebih besar dibandingkan tahun lalu di periode yang sama. Walaupun jumlahnya lebih kecil dibandingkan jajak pendapat kantor berita Reuters terhadap para ekonom yang memprediksi sebesar 41.5 miliar pound.

"Pinjaman masih melonjak di angka yang luar biasa dan kami menduga lambat proses pemulihan dan berlanjutnya peningkatan penggangguran pada tahun ini akan mendorong pemerintah mengumumkan tambahan pada pengeluaran fiskal akan dibebankan pada anggaran berikutnya," kata ekonom Capital Economics, Thomas Pugh.

Pemerintah Inggris telah mengumumkan pengeluaran ekstra dan pemotongan pajak tahun finansial kali ini sekitar 192 miliar pounds. Pekan lalu lembaga yang mengawasi anggaran pemerintah Inggris, Office for Budget Responsibility memprediksi pinjaman akan mencapai 322 miliar pounds atau 16 persen lebih banyak dari Produk Domestik Bruto (PDB), pinjaman tertinggi Inggris sejak Perang Dunia II. Angka itu berdasarkan skenario perekonomian 2020 menyusut 12,4 persen dan pada akhir tahun ini angka pengangguran melonjak hingga 11,9 persen.  

Ada skenario yang lebih buruk, di mana kerusakan ekonomi yang disebabkan pandemi Covid-19 lebih sulit dipulihkan. Ketika ekonomi menyusut hingga 14,3 persen dan pinjaman menjadi 391 miliar pounds. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement