REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Indonesia Islamic and Development Studies (Ideas) Yusuf Wibisono memperkirakan potensi qurban tahun ini mengalami penurunan. Menurutnya, hal ini disebabkan karena besarnya ekonomi kelas menengah di kalangan Muslim yang terpukul akibat pandemi Covid-19.
"Potensi qurban tahun ini kami perkirakan konservatif di kisaran Rp 20,5 triliun. Tahun ini tidak ada haji sehingga jamaah haji yang gagal berangkat berpotensi berqurban di tanah air," kata Yusuf kepada Republika.co.id, Selasa (21/7).
Ia melihat efek domino dari pelaksanaan qurban yang berlangsung di masa pandemi saat ini akan sangat besar dirasakan dampaknya bagi masyarakat terutama yang ekonominya terdampak pandemi Covid-19. Menurutnya, bila pendistribusian daging qurban dilakukan optimal dan tepat sasaran pada mustahik akan berpotensi meningkatkan konsumsi daging dan kecukupan gizi terutama bagi masyarakat miskin.
"Ini sangat berarti di masa pandemi ini, untuk mencegah kekurangan gizi di kalangan kelompok miskin," katanya.
Selain itu, menurut Yusuf, bila pembelian hewan qurban difokuskan di peternak rakyat akan meningkatkan pendapatan mereka yang umumnya merupakan masyarakat kelas bawah. Hal tersebut efektif memperkuat daya beli dan ketahanan ekonomi masyarakat kelas bawah.
Yusuf juga melihat qurban daring yang menjadi inovasi yang dirintis lembaga zakat sejak beberapa tahun terakhir menjadi sangat relevan di masa pandemi saat ini.Qurban daring dapat meminimalkan interaksi sosial dan kerumunan yang berpotensi menyebarkan Covid-19.
"Bagi kelas menengah atas Muslim, kurban online diyakini akan menjadi pilihan utama berkurban di masa pandemi ini," katanya.