Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -- PT Bio Farma telah menerima sebanyak 2.400 sampel calon vaksin corona dari Sinovac yang berbasis di China untuk diuji tahap III. Namun, vaksin corona dari Inovio yang didukung Bill Gates harus terganjal masalah hukum.
Hal tersebut diungkap oleh Philadelphia Business Journal. CEO Inovio Pharmaceuticals, Joseph Kim pada Februari dan Maret dalam beberapa kali kesempatan menyatakan telah menemukan vaksin COVID-19.
Baca Juga: Bill Gates: India Mampu Suplai Vaksin Corona untuk Seluruh Dunia
Alhasil, harga saham Inovio pun melambung tinggi. Namun, pada 12 Maret, para pemilik saham menggugat di Pengadilan Pennsylvania Distrik Timur, bahwa klaim tersebut tidak berdasar. Pasalnya, hingga saat ini Inovio masih mengembangkan vaksin Corona.
Pada Juni 2020, masalah hukum kembali harus dihadapi Inovio, pihaknya menggugat sub kontraktornya VGXI dengan alasan menghalangi pengembangan vaksin Corona. Dua minggu kemudian, VGXI menggugat balik dengan tuduhan persaingan tidak adil.
"Inovio menjadi rakus. Dia melihat peluang untuk memperkaya diri dan menjaga harga saham tetap tinggi untuk memenangkan lomba vaksin Corona. Tapi Inovio tidak mau membayar VGXI untuk proses manufaktur," demikian pernyataan dalam berkas gugatan.
Sayangnya, hingga kini calon vaksin Corona INO-48000 pada awal Juli 2020 baru menyelesaikan Fase I uji klinis pada manusia. Ha itu diungkap oleh Philadelphia Magazine sehingga sangat jelas calon vaksin Inovio tertinggal jauh dengan Sinovac, Sinopharm dan AstraZeneca yang sudah sampai fase III.
Meski demikian, Inovio tetap optimis mengklaim dirinya siap memproduksi 1 juta vaksin pada akhir 2020. Inovio juga masih mendapat pendanaan dari pemerintah AS. Pada 23 Juni 2020, Inovio mendapatkan USD71 juta (Rp10,5 triliun) Kementerian Pertahanan AS.
Vaksin Inovio selama ini dikenal sebagai vaksin yang didukung Bill Gates melalui Bill & Melinda Gates Fouondation.