Selasa 21 Jul 2020 23:38 WIB

GTPP Covid-19 Ingatkan Warga DIY Tingkatkan Kewaspadaan

GTPP minta warga DIY waspada warga yang baru masuk lingkungan masing-masing

Pedagang kaki lima menata dagangannya di kawasan Malioboro, DI Yogyakarta. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta masyarakat kembali meningkatkan kewaspadaan dengan mendeteksi orang yang masuk lingkungan masing-masing untuk mencegah penularan COVID-19.
Foto: ANTARA /Hendra Nurdiyansyah
Pedagang kaki lima menata dagangannya di kawasan Malioboro, DI Yogyakarta. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta masyarakat kembali meningkatkan kewaspadaan dengan mendeteksi orang yang masuk lingkungan masing-masing untuk mencegah penularan COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta masyarakat kembali meningkatkan kewaspadaan dengan mendeteksi orang yang masuk lingkungan masing-masing untuk mencegah penularan COVID-19.

"Saya kira masyarakat perlu memberdayakan kembali fungsi-fungsi seperti di awal (pandemi, red.) yang sudah pernah kita lakukan mendeteksi orang-orang yang masuk dengan tetap menaati protokol kesehatan," kata Wakil Ketua Sekretariat Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 DIY Biwara Yuswantana di Yogyakarta, Selasa (21/7).

Ia mengatakan peningkatan kewaspadaan itu perlu kembali dilakukan mengingat masa adaptasi kebiasaan baru semakin membuka peluang orang dari luar daerah, termasuk dari zona merah, masuk melalui berbagai moda transportasi.

Dengan demikian, menurut dia, risiko penularan COVID-19 justru memiliki peluang lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya.

"Risikonya semakin tinggi karena kita tidak tahu siapa yang bawa (virus, red.) karena semakin banyak orang masuk dan mobilitas semakin tinggi," kata dia.

Ia menduga penurunan kewaspadaan masyarakat mencegah COVID-19 dengan tidak lagi menjaga pintu masuk perkampungan disebabkan sudah terlalu lama serta menganggap situasi sudah normal.

Padahal, menurut Biwara, justru sebagian besar kasus positif COVID-19 di DIY saat ini adalah kasus impor, berasal dari yang kontak dengan warga luar daerah atau perjalanan luar daerah.

"Banyak orang berkunjung ke Yogyakarta menemui orang tuanya, menemui saudaranya. Beberapa kasus yang terjadi kan karena itu," kata dia.

Juru Bicara Pemda DIY untuk Penanganan COVID-19 Berty Murtiningsih mengatakan lebih dari 80 persen kasus COVID-19 yang ditemukan di DIY selama sepekan pertama Juli 2020 merupakan kasus impor.

"Di mana kasus tersebut mempunyai riwayat perjalanan dari luar daerah," kata dia.

Anggota Tim Perencanaan Data dan Analisis Gugus Tugas COVID-19 DIY Riris Andono Ahmad mengatakan munculnya kasus impor tidak dapat dicegah selama orang masih diperbolehkan bepergian antarprovinsi.

"Kita kan memang tidak bisa menutup perbatasan, kecuali antarnegara," kata dia. Meski demikian, kata dia, yang lebih penting dilakukan saat ini mencegah agar kasus itu tidak berlanjut menjadi penularan lokal.

Penemuan kasus-kasus impor itu, kata dia, justru sebagai indikator bahwa sistem penanganan COVID-19 di DIY sudah berjalan dengan baik.

"Kalau enggak ketemu kan malah jadi penyebab penularan baru di Yogyakarta sehingga yang lebih penting adalah sebisa mungkin menemukan kasus impor dan kalau sudah ketemu langsung diisolasi," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement