REPUBLIKA.CO.ID,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
''Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, dan harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).'' (QS Ali Imran [3]: 14).
Dalam mengarungi kehidupan, manusia tidak pernah luput dari perihal ingin mencintai, memiliki, bahkan menguasai. Karena, hal yang demikian merupakan fitrah yang sejatinya dimiliki oleh setiap manusia.Wanita, anak, dan harta kekayaan dengan segala jenisnya, sebagaimana ayat di atas, merupakan hiasan yang senantiasa menyejukkan pandangan manusia. Hiasan dunia itu memberikan rasa kebahagiaan.
Akan tetapi, acap kali manusia terperangkap dengan cintanya, menjadikan kecintaannya prioritas paling utama. Padahal, secara tidak disadari, ia sedang dibuai oleh kenikmatan sesaat.Maka, tak sedikit dari manusia, ketika cinta telah meresap dalam sanubarinya, akan menempuh segala cara untuk mendapatkan keinginannya itu. Lebih ironis lagi jika sampai menghalalkan berbagai cara.
Pertanyaannya, bagaimana agar manusia tidak terperangkap oleh cintanya (cinta duniawi)? Sehingga, fitrah yang diberikan Allah SWT tidak menjadi bumerang baginya di akhirat kelak. Sebaliknya, menjadi sebuah nikmat yang halal, terlebih diridhai-Nya.
Pertama, mendahulukan cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Firman Allah SWT:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ
"Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.'' (QS At-Taubah [9]: 24).
Kedua, mencintai karena Allah SWT. Rasulullah SAW, dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan Imam Thabrani, memberitakan, ''Kelak, di hari kiamat, orang-orang yang saling mencintai karena Aku (Allah), maka demi kemenangan dan keluhuran-Ku, Aku akan memberi mereka naungan di hari tiada naungan selain naungan-Ku.''
Ketiga, menyadari semua yang dimiliki pada hakikatnya bermuara dan kembali kepada Allah SWT. Sebab, dengan menyadari bahwa segala apa yang dimiliki manusia hanyalah bersumber dan akan kembali kepada Allah SWT, manusia akan selalu tabah dan sabar ketika tidak mendapatkan apa yang diingininya. Lebih-lebih, ia akan menundukkan egonya yang ambisius.