Rabu 22 Jul 2020 08:33 WIB

Pahala Sholat Dhuha

Pahala sholat Dhuha tidak hanya berupa dicukupi harta,tapi juga diampuni segala dosa.

Shalat Dhuha di kantor (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Shalat Dhuha di kantor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr KH Syamsul  Yakin MA

Pahala sholat Dhuha tidak hanya berupa dicukupi harta, tapi juga diampuni segala dosa. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang selalu mengerjakan sholat Dhuha niscaya akan diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Turmudzi). Selama ini sholat Dhuha dilaksanakan agar seseorang diberikan keluasan rezeki.

Secara filosofis, hadits ini dapat dipahami bahwa untuk mendapatkan rezeki yang lapang, seseorang harus terbebas dari dosa-dosa terlebih dahulu. Agar terbebas  dari dosa-dosa itu, Nabi SAW mengajarkan untuk sholat Dhuha. Logikanya, Allah SWT akan memberikan begitu saja keluasan rezeki kepada orang yang tak lagi berdosa.

Secara praksis, sholat Dhuha merupakan bukti pengakuan seorang hamba bahwa sejatinya rezeki bukan berasal dari yang dia cari, tapi dari yang Allah SWT beri. Inilah cara orang beriman yang senantiasa melibatkan Allah SWT dalam berbagai urusan, termasuk dalam persoalan penghidupan. Tak ada daya bagi manusia untuk mencari rezeki.

Tatkala seseorang sholat Dhuha, sejatinya ia tengah memohon kepada Allah SWT dengan kasih dan cinta-Nya agar Dia “bekerja” untuknya.  Artinya, ia memahami bahwa rezeki yang didapat bukan karena kerjanya, tapi karena pemberian Allah SWT. Apalagi, seberapa digdayakah tenaga dan ilmu manusia untuk mendapatkan rezeki?

Berdasar cara pandang ini, maka sejatinya rezeki bukan dicari tapi tinggal dijemput, karena memang Allah SWT telah menghamparkannya di muka bumi. Formulanya, kian dekat seseorang kepada Allah SWT, maka kian hebat rezeki yang didapat. Jadilah ia tak lagi mencari-cari harta, tapi harta yang mengejar-ngejar dirinya.

Dalam sudut pandang tasawuf, orang bertakwa yang tak lagi berdosa, ia tak lagi membutuhkan harta, kecuali sekadar agar kuat berdiri beribadah. Sebagian besar harta yang dimilikinya dibagi-bagikan kepada yang memerlukan. Dalam konteks inilah, Allah SWT melipatgandakan harta itu berlipat-lipat. Begitu seterusnya.

Berdasar informasi di atas, untuk mendapatkan harta yang lapang, bisa dimulai dengan banyak bertobat. Dan lagi-lagi kreteria orang bertobat adalah orang yang konsisten sholat Dhuha. Nabi SAW bersabda, “Tidaklah seseorang selalu mengerjakan sholat Dhuha kecuali ia telah tergolong sebagai orang yang bertobat.” (HR. Hakim).

Dalam Alquran  orang yang bertobat dan memohon ampun akan beroleh bermacam rezeki. “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu. Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu.” (QS. Nuh/71: 11-13). Seorang mukmin, kian bertobat jadi kian kaya.

Pahala yang diraih seorang hamba  tergantung dari intensitas dan kuantitas rakaat sholat Dhuha yang didirikannya. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang sholat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah.

Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya.” (HR. Thabrani).

Semoga Allah SWT memberikan kemudahan kepada kita agar bisa konsisten melaksanakan sholat Dhuha. Karena ternyata kelapangan rezeki yang didapat dari sholat Dhuha hanyalah “pahala hiburan”. Pahala yang sesungguhnya dari sholat Dhuha adalah diampuni segala dosa dan akan dibangunkan sebuah rumah nan indah di surga. Amin.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement