REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aplikasi TikTok berencana untuk menambah sekitar 10.000 karyawan di Amerika Serikat (AS) selama tiga tahun ke depan. TiktTok, milik ByteDance, juga mempertimbangkan London di antara sejumlah lokasi lainnya untuk mendirikan kantor pusatnya.
Dikutip dari Reuters, Rabu (22/7), TikTok saat ini memiliki sekitar 1.400 karyawan di Amerika Serikat (AS). Angka ini naik kurang dari 500 orang pada Januari tahun ini.
Langkah TikTok untuk merekrut ribuan pekerja di AS diambil saat perusahaan semakin berada di ujung tanduk pemerintah Trump. Terlebih, ketika hubungan AS-China memburuk akibat pandemi virus Covid-19 dan langkah Beijing mengekang kebebasan di Hong Kong.
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan bahwa AS mempertimbangkan larangan penggunaan aplikasi media sosial asal China, termasuk TikTok. Tak hanya itu, pekan lalu, pemerintah AS dilaporkan sedang mempelajari risiko keamanan nasional dari sejumlah aplikasi media sosial, termasuk TikTok. Keputusannya akan diambil dalam beberapa pekan mendatang.