REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Pengendali Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih memonitor genangan banjir di wilayah permukiman Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) hingga Selasa sore (21/7). Pantauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mencatat tinggi genangan air bervariasi hingga 2,3 meter atau terjadi penurunan 10 sentimeter (cm).
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, meskipun terjadi genangan di permukiman, hasil pantauan di Bendung Wawotobi menunjukkan status normal. Pada Selasa, sebanyak 1.154 KK atau 4.046 jiwa masih mengungsi. Pemerintah daerah telah mendistribusikan bantuan obat-obatan dan pelayanan dasar para penyintas.
"Pusdalops BNPB mendapatkan informasi kebutuhan mendesak antara lain, air mineral, makanan balita, selimut, obat-obatan, pakaian dan pakaian dalam dewasa dan balita, sarung, tikar, permakanan, dan kelambu," ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (22/7).
Seperti diketahui, banjir yang terjadi pada Rabu lalu (15/7), pukul 05.15 waktu setempat mengakibatkan sejumlah kecamatan terdampak. "BPBD Kabupaten Konawe mendata 13 kecamatan tergenang, ribuan rumah, dan sawah terendam. Banjir juga mengakibatkan tiga jembatan terputus," ujarnya.
Ia menambahkan, sebanyak 13 kecamatan terdampak yakni Pondidaha, Wonggeduku, Lambuya, Tongauna Utara, Abuki, Bondoala, Puriala, Tongauna, Pandangguni, Anggaberi, Routa, Anggotoa, dan Morosi. Sedangkan dampak kerusakan lain, banjir juga mengakibatkan 1.981 rumah dan 17.800 hektar sawah terendam serta 94 unit sarana umum lain terdampak. Fenomena kejadian hidrometeorologi ini dipicu oleh intensitas hujan tinggi selama 7 hari dan mengakibatkan debit sungai Konaweha meluap.