Rabu 22 Jul 2020 14:11 WIB

Studi Temukan Potensi Obat Hirup untuk Covid-19

Obat yang biasa dipakai untuk multiple sclerosis tampak potensial untuk Covid-19.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Penanganan pasien Covid-19 (ilustrasi). Studi yang dilakukan oleh perusahaan asal Inggris, Synairgen memperlihatkan kondisi pasien yang menerima obat bernama SNG001 lebih cepat pulih dibanding mereka yang mendapatkan plasebo.
Foto: AP
Penanganan pasien Covid-19 (ilustrasi). Studi yang dilakukan oleh perusahaan asal Inggris, Synairgen memperlihatkan kondisi pasien yang menerima obat bernama SNG001 lebih cepat pulih dibanding mereka yang mendapatkan plasebo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian terbaru menunjukkan adanya potensi dalam pengobatan melawan infeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Studi di Inggris mengindikasikan bahwa obat hirup dapat mengatasi penyakit.

Pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit menerima interferon beta inhalasi memiliki risiko 79 persen lebih rendah untuk mengembangkan gejala parah, yang dapat menyebabkan kematian. Obat itu sering digunakan dalam bentuk injeksi untuk mengobati penyakit seperti multiple sclerosis.

Baca Juga

Studi yang dilakukan oleh perusahaan asal Inggris, Synairgen memperlihatkan kondisi pasien yang menerima obat bernama SNG001 lebih cepat pulih dibanding mereka yang mendapatkan plasebo.

“Kami senang dengan hasil ují coba yang menunjukkan bahwa SNG001 sangat mengurangi jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit,” ujar CEO Synairgen, Richard Marsden dalam sebuah siaran pers, dilansir Fox News pada Rabu (22/7).

Studi terkontrol plasebo double blind yang belum dipublikasikan sebelumnya juga menemukan bahwa pasien Covid-19 yang menerima obat hirup dua kali lebih mungkin untuk kembali beraktivitas tanpa batasan. Mereka juga dirawat di rumah sakit dalam waktu lebih singkat.

Rilis tersebut juga menyatakan pasien memiliki lebih sedikit keluhan sesak napas, gejala umum pada mereka yang menderita Covid-19. Penelitian ini melibatkan 101 pasien, membuatnya termasuk penelitian skala kecil.

Salah satu peneliti, Tom Wilkinson, seorang profesor di bidang kedokteran pernapasan di University of Southampton, menjelaskan bahwa interferon-beta memiliki potensi besar sebagai obat yang dihirup untuk dapat mengembalikan respons kekebalan paru, meningkatkan perlindungan, mempercepat pemulihan dan melawan dampak virus corona jenis baru (SARS-CoV-2). Studi telah menunjukkan bahwa virus ini menyerang kemampuan awal paru untuk melawan virus.

Stephen Holgate, seorang co-founder Synairgen yang juga merupakan profesor di bidang imunofarmakologi di University of Southampton mengatakan, perawatan inhalasi dengan memberikan konsentrasi interferon beta lokal yang tinggi, protein antivirus alami, mengembalikan kemampuan paru untuk menetralisir virus atau mutasi virus. Termasuk juga dalam melawan virus pernapasan lain, seperti influenza atau RSV, yang mungkin ditemukan saat musim dingin terjadi di sejumlah negara di dunia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement