Rabu 22 Jul 2020 17:51 WIB

Dua Warga Positif, Walkot Bekasi Belum Berencana Tutup CFD

Walkot sebut kesulitan untuk melacak kontak dua warga yang positif.

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah warga memadati area Car Free Day (CFD) Bekasi di Jalan Jendral Ahmad Yani, Kota Bekasi, Jawa Barat, Ahad (12/7). CFD tersebut digelar dengan menerapkan protokol kesehatan  seperti pengecekan suhu tubuh, penyemprotan pembersih tangan, penyemprotan disinfektan dan bagi anak dibawah umur lima tahun dilarang masuk ke area CFD. Namun aktifitas jarak fisik masih sulit diterapkan pada gelaran tersebut akibat pergerakan warga yang masif.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Sejumlah warga memadati area Car Free Day (CFD) Bekasi di Jalan Jendral Ahmad Yani, Kota Bekasi, Jawa Barat, Ahad (12/7). CFD tersebut digelar dengan menerapkan protokol kesehatan seperti pengecekan suhu tubuh, penyemprotan pembersih tangan, penyemprotan disinfektan dan bagi anak dibawah umur lima tahun dilarang masuk ke area CFD. Namun aktifitas jarak fisik masih sulit diterapkan pada gelaran tersebut akibat pergerakan warga yang masif.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Dua dari delapan orang yang reaktif dalam tes cepat secara acak di Car Free Day (CFD) Bekasi dinyatakan positif Covid-19. Adapun, dua kasus positif itu terdiri dari satu warga Kota Bekasi dan satu warga Kabupaten Bekasi.

"(Yang positif) satu dari kota satu dari kabupaten," kata Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, saat ditemui di kediamannya, Rabu (22/7).

Untuk kasus positif dari Kota Bekasi merupakan warga Kayuringin. Sedangkan, untuk warga Kabupaten Bekasi, adalah warga di Perumahan Cendana Sumber Jaya Tambun Selatan.

"Yang pertama (dari kota) usia 30. Yang kedua (dari kabupaten) usia 47," kata Pepen.

Pepen mengaku sulit melacak kontak warga Kabupaten. Sebab, standarnya adalah apabila warga ada yang dinyatakan positif maka pihak Pemkot akan melakukan penelusuran kontak, isolasi mandiri atau dirawat di rumah sakit rujukan. "Kalau (warga) Kabupaten itu juga balik ke kampungnya dia," ujar Pepen.

Hingga saat ini, Pepen belum ada niat untuk menghentikan kegiatan CFD. Sebab menurutnya, warga yang positif, potensinya adalah menjadi klaster keluarga. Sehingga, yang ia fokuskan adalah melacak kontak keluarganya terlebih dahulu.

"Jadi kalau ada sesuatu itu bukan warungnya, bukan rumahnya, bukan institusinya. Yang (ketahuan positif) itu kita cabut, kita tracking, nah itu yang benar. (Kalau ketemu kasus) di pasar bukan pasarnya yang ditutup penyakitnya yang dicari," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement