REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) menyambut baik niat rekonsiliasi Hamas dan Fatah di Palestina. Setelah terjadi konflik di antara mereka lebih dari satu dekade.
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri, Ustadz Yusuf Burhanuddin, konflik antara Hamas dan Fatah akan melemahkan kekuatan warga dan negara Palestina untuk berdaulat. Karena itu Persis benar-benar menyambut baik rekonsiliasi Hamas dan Fatah.
"Karena mau bagaimana pun sebelum berharap ke dukungan regional di kawasan Timur Tengah, yang terpenting adalah persatuan yang mesti diwujudkan oleh rakyat Palestina sendiri," kata Ustadz Yusuf kepada Republika.co.id, Rabu (22/7).
Dia menyampaikan bahwa ada nasionalis sekuler yang diwakili Fatah dan ada juga kaum Islam militan yang diwakili Hamas. Padahal sesungguhnya mereka adalah dua kelompok yang memiliki misi yang sama, yaitu negara Palestina yang berdaulat dan tidak dicaplok terus oleh Israel.
Sebelumnya Hamas pernah mengatakan bahwa wilayah-wilayah Palestina akan dicaplok satu persatu. Kemudian ini terjadi dengan adanya proposal perdamaian atau kesepakatan abad ini yang diajukan Amerika Serikat (AS) kepada Israel dan Palestina.
"AS menyebutnya proposal perdamaian tetapi tidak membela kepentingan dan keadilan bagi rakyat Palestina secara keseluruhan," ujarnya.
Menurut Ustadz Yusuf, proposal perdamaian yang diajukan AS cukup berbahaya bagi semua pihak. Karena proposal itu justru akan memancing keributan dan menjadi provokasi abad ini.
Proposal itu akan memancing militansi yang terbangun di antara kedua belah pihak, terutama di pihak Hamas dan Fatah untuk melakukan gerakan perlawanan. Lebih jauh lagi mereka akan melakukan konfrontasi agresif terhadap kepentingan Israel di kawasan.
Sebelumnya, disampaikan Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) bahwa para pejabat senior Jibril Rajub mewakili Fatah dari Ramallah dan Saleh al-Arouri mewakili Hamas dari Beirut Libanon melakukan telekonferensi pers bersama pada Kamis (2/7).
Dalam telekonferensi pers tersebut, kedua pihak telah sepakat untuk bersatu membangun kesepakatan bersama dalam menghadapi langkah brutal Israel menganeksasi Tepi Barat dan Lembah Jordan.