REPUBLIKA.CO.ID, SERANG— Perempuan sebagai agen perdamaian untuk pencegahan radikalisme dan terorisme. Kedua hal tersebut bisa memecahbelah persatuan bangsa.
Pernyataan ini disampaikan Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Banten, KH Amasy Tadjudin, saat membuka seminar "Pelibatan Perempuan Sebagai Agen Perdamaian untuk Mencegah Radikalisme dan Terorisme" di Serang, Rabu (22/7). "Kami berharap kaum perempuan itu benar-benar menjadi agen perdamaian," kata dia,
Kegiatan seminar ini dihadiri aparat pemerintah daerah, unsur perempuan, perwakilan agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha, Hindu, dan Kongkhucu.
Selama ini, kata dia, perempuan yang memiliki sikap lemah, lembut dan halus mampu mencegah paham-paham yang menyesatkan,termasuk radikalisme dan terorisme.
Namun, mereka prihatin di tengah sikap kelembutan itu dimanfaatkan menjadi pelaku tindakan radikalisme dan terorisme.
Penusukan terhadap mantan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,Wiranto, di Menes, Pandeglang, tahun lalu, salah satu contoh pelakunya juga perempuan. "Kami yakin melalui kegiatan seminar ini tidak ada lagi perempuan dimanfaatkan menjadi pelaku terorisme," katanya menjelaskan.
Menurut dia, para peserta kegiatan seminar ini yang pesertanya kaum perempuan dengan latar belakang profesi dapat memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat untuk pencegahan radikalisme.
Selain itu juga kaum perempuan dapat terlindungi dari faham radikalisme dan terorisme karena rentan dari perekrutan. "Kami minta kaum perempuan harus gigih untuk mencegah paham radikalisme dan terorisme," ujarnya.
Ketua FKPT Kabupaten Lebak, Siti Nurasiah, mengatakan seminar perempuan ini salah satu upaya untuk pencegahan radikalisme dan terorisme, dimana kaum perempuan juga dimanfaatkan untuk menjadi pelaku tindakan kekerasan. "Kami minta kaum perempuan dalam keluarga bisa melakukan pencegahan radikalisme," katanya.