REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Pada 23 Juli 2005, puluhan orang terbunuh dalam ledakan bom bunuh diri di Mesir. Staf rumah sakit Sharm el-Sheikh Internasional mencatat, sekurangnya 88 orang tewas dalam serangan bom di resor Mesir Sharm al-Sheikh.
Dilansir BBC History, sekitar 200 orang lainnya terluka dalam ledakan yang terjadi pada malam hari. Ledakan pertama terjadi di Pasar Lama, diikuti oleh dua ledakan lagi di Naama Bay, di mana sebuah hotel sangat terpukul akibat ledakan tersebut.
Presiden Mesir Hosni Mubarak bersumpah memberantas aksi terorisme ketika ia mengunjungi lokasi serangan. Serangan bom teroris kali ini merupakan yang terburuk dalam sejarah Mesir saat itu.
Sebagian besar korban tewas adalah warga Mesir meski banyak orang asing juga termasuk di antara korban. Seorang lelaki Italia berusia 34 tahun yang sedang berbulan madu dan seorang warga Ceko telah dipastikan terbunuh. Sementara setidaknya 20 dari mereka yang terluka dianggap orang asing.
Melansir laman The Guardian edisi 23 Juli 2005, beberapa jam setelah serangan satu kelompok yang mengutip hubungan dengan Al-Qaeda mengaku bertanggung jawab atas ledakan di situs Islamis. Kelompok itu bernama Brigade Abdullah Azzam, al-Qaeda di Suriah dan Mesir.
Kelompok itu adalah salah satu dari dua kelompok ekstremis yang juga mengaku bertanggung jawab atas pengeboman Oktober di resor-resor Mesir di Taba dan Ras Shitan, Semenanjung Sinai yang menewaskan 34 orang. Kelompok itu juga mengklaim bertanggung jawab atas pengeboman di Kairo pada akhir April.