REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pakar penyakit menular pemerintah Amerika Serikat (AS) Anthony Fauci dan dua tokoh kesehatan AS lainnya akan bersaksi di hadapan Subkomite Terpilih Krisis Virus Corona House of Representative pekan depan. Mereka akan memberi kesaksian dalam penyelidikan respons pemerintah terhadap pandemi virus corona.
Fauci yang menjabat sebagai direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional menjadi wajah terdepan dalam perang menghadapi virus corona. Berdasarkan jajak pendapat ia juga dinobatkan sebagai pihak berwenang yang paling dipercaya.
Hal ini berbeda jauh dari Presiden AS Donald Trump yang mendapatkan nilai rendah dari publik. Penilaian rendah didapat Trump karena ia menyerahkan terlalu banyak wewenang pada gubernur-gubernur negara bagian dalam upaya mengatasi penyebaran virus korona. Akibatnya respons dan tingkat penularan di setiap negara bagian berbeda-beda.
Dalam pernyataannya pada Kamis (23/7) Subkomite Terpilih Krisis Virus Corona House mengumumkan sidang 31 Juli akan fokus pada 'kebutuhan mendesak akan rencana komprehensif nasional'. Berdasarkan data yang dikumpulkan Johns Hopkins University saat ini AS sudah mengonfirmasi 3,9 juta kasus infeksi dan lebih dari 142 ribu pasien meninggal dunia.
House membentuk Subkomite Terpilih Krisis Virus Corona pada awal tahun ini. Tujuannya melacak triliunan dolar yang sudah Kongres setujui yang seharusnya digunakan untuk menopang perekonomian, membiayai pemeriksaan, penelitian, dan memasok kebutuhan medis.
Panel tersebut didominasi anggota Partai Demokrat dan diketuai oleh petinggi Partai Demokrat di Kongres, James Clyburn. Selain Fauci, Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Robert Redfield dan asisten menteri bidang kesehatan Kementerian Kesehatan dan Layanan Manusia Brett Giroir juga dipanggil untuk bersaksi.
Pekan lalu Partai Demokrat mengajukan keluhan karena Gedung Putih menghalangi Redfield untuk bersaksi di hadapan Komite Pendidikan dan Tenaga Kerja House. Kesaksiannya diharapkan dalam sidang mengenai rencana dibukanya kembali sekolah di seluruh AS.