Kamis 23 Jul 2020 10:02 WIB

Rupiah Berpotensi Melemah Dipicu Ketegangan AS-China

Rupiah berpotensi bergerak melemah di kisaran Rp 14.600 per dolar AS.

Petugas menunjukkan uang pecahan rupiah dan dolar AS (USD) di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Jakarta, Rabu (22/7). Rupiah berpotensi bergerak melemah di kisaran Rp 14.600 per dolar AS
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Petugas menunjukkan uang pecahan rupiah dan dolar AS (USD) di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Jakarta, Rabu (22/7). Rupiah berpotensi bergerak melemah di kisaran Rp 14.600 per dolar AS

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (23/7) berpotensi melemah seiring kembali memanasnya hubungan Amerika Serikat (AS) dan China. Pada pukul 09.31 WIB rupiah masih menguat 75 poin atau 0,51 persen menjadi Rp 14.575 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.650 per dolar AS.

"Meningkatnya ketegangan hubungan AS dan China semalam dengan perintah penutupan konsulat China di Houston, AS, karena indikasi kegiatan mata-mata berpotensi mendorong pelemahan nilai tukar emerging market terhadap dolar AS," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.

Baca Juga

Menurut Ariston, keputusan terbaru pemerintah AS tersebut berpotensi mendapatkan balasan dari China dan memperburuk hubungan yang dikhawatirkan merembet ke isu perdagangan.

"Hubungan perdagangan yang kurang baik antara dua ekonomi terbesar dunia bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi global," ujarnya.

Selain itu pasar juga masih khawatir penularan virus yang masih terus meninggi meskipun usaha-usaha penemuan vaksin sudah mengalami kemajuan. Ariston memperkirakan rupiah berpotensi bergerak melemah di kisaran Rp 14.600 per dolar AS hingga Rp 14.800 per dolar AS.

Pada Rabu (22/7) lalu rupiah ditutup menguat 91 poin atau 0,62 persen menjadi Rp 14.650 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.741 per dolar AS.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement