Kamis 23 Jul 2020 14:41 WIB

Merek Mode Dunia Didesak Setop Gunakan Bahan Baku Xinjiang

Bahan baku merek pakaian dunia berasal dari sistem kerja paksa kamp Xinjiang

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Para peserta didik kamp pendidikan vokasi etnis Uighur di Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina, mengikuti kelas Bahasa Mandarin, Jumat (3/1/2019).
Foto: ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie
Para peserta didik kamp pendidikan vokasi etnis Uighur di Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina, mengikuti kelas Bahasa Mandarin, Jumat (3/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Koalisi beranggotakan lebih dari 180 kelompok hak asasi manusia (HAM) mendesak merek dan pengecer mode terbesar di dunia berhenti menggunakan sumber daya dari Provinsi Xinjiang, China. Menurut koalisi tersebut masih banyak dari mereka terlibat dalam kerja paksa dan pelanggaran HAM terhadap jutaan warga Uighur.

Koalisi kelompok HAM itu mengatakan banyak merek pakaian terkemuka dunia terus mencari kapas dan benang yang diproduksi melalui sistem kerja paksa di kamp serta pabrik-pabrik di Xinjiang. Proses itu melibatkan sekitar 1,8 juta warga Muslim Uighur dan etnis minoritas lainnya. 

Baca Juga

“Hampir seluruh industri pakaian jadi (global) dinodai oleh tenaga kerja paksa Muslim Uighur dan Turk,” kata koalisi tersebut pada Kamis (23/7), dikutip laman the Guardian. 

Koalisi tersebut telah membuat daftar merek yang menurutnya terus mengambil sumber daya atau bahkan terlibat dalam proses kerja paksa warga Uighur di Xinjiang. Mereka antara lain Gap, C&A, Adidas, Muji, Tommy Hilfiger, dan Calvin Klein.