REPUBLIKA.CO.ID, BELGRADE – Presiden Kosovo, Hashim Thaci, memberikan dukungan terhadap proyek pembangunan masjid di Ibu Kota Pristina yang merupakan kota terbesar di Kosovo, Rabu (22/7) waktu setempat. Proyek pembangunan masjid tersebut mendapat dukungan dari Turki.
Thaci mengatakan tidak ada seorang pun di Kosovo yang perlu merasa dihina, diabaikan atau bahkan diistimewakan dengan alasan agama.
Dia mengatakan, ungkapan protes dan ketidakpuasan memang merupakan nilai-nilai demokrasi dalam masyarakat.
"Namun, mereka seharusnya tidak pernah memprovokasi kebencian antaraagama dan kelompok etnis," katanya di media sosial, sebagaimana dilansir dari kantor berita Turki, Anadolu Agency, Kamis (23/7).
Untuk diketahui, proyek pembangunan Masjid Pusat Pristina sebelumnya diprotes kelompok kecil massa yang marjinal dengan jumlah massa yang terbilang sedikit. Bahkan, mantan perwira militer Binak Gashi dari Tentara Pembebasan Kosovo (UCK) yang menyerukan aksi protes itu malah tidak ikut.
Gashi telah menyampaikan kritikannya atas pembangunan masjid yang didanai Turki itu. Masjid itu sendiri mulai dibangun sejak 2012 oleh Uni Islam Kosovo atau bagian urusan agama. Namun, proyek ini ditunda hingga 15 Juli 2020.
Presiden Uni Islam Kosovo, Naim Ternava, mengatakan 40 juta euro atau sekitar 46 juta dolar AS dikumpulkan di masjid-masjid di seluruh Turki untuk pembangunan masjid tersebut.
Kosovo punya peran yang besar dalam sejarah kekaisaran Turki. Pertempuran Kosovo pada 1389 memperlihatkan kekalahan Kerajaan Serbia pada Abad Pertegahan dan awal penaklukan Ottoman di Eropa Tenggara. Kekaisaran Ottoman selanjutnya memerintah Kosovo selama hampir 500 tahun. Di sana Ottoman membawa pengaruh Islam dan banyak budaya lainnya.
Meski ada pengaruh budaya Islam dan Turki di Kosovo, pembangunan masjid baru di kota Pristina masih menjadi kontroversi.
Wali Kota Pristina saat itu, Isa Mustafa, meletakkan batu pondasi pertamanya di lahan masjid yang merupakan sumbangan pemerintah kota setempat.
Mustafa kemudian menjadi perdana menteri Kosovo, posisi yang dipegangnya hingga 2017. Namun masjid tersebut tidak kunjung dibangun.
Komunitas Islam di Kota Pristina mengklaim butuh waktu lama untuk memilih desain yang tepat dan memastikan bangunan masjid sesuai dengan lokasi tersebut.
Kontroversi terhadap pembangunan masjid baru di kota Pristina muncul karena pandangan sejumlah penduduk setempat yang membenci simbol dari pengaruh Turki.
Yang lainnya curiga, jika ada kepercayaan terhadap sekuler, maka ruang publik post-sosialis akan kembali. Ada perasaan di masyarakat setempat bahwa Turki mengambil keuntungan dari ketidaktertarikan Barat untuk memperluas pengaruhnya di negara Balkan ini.