Jumat 24 Jul 2020 11:18 WIB

Perkuat Segmen UMKM, BRI Sinergi 3 Ekosistem Digital

BRI tengah membangun ekosistem bisnis sebagai sumber pertumbuhan berkelanjutan

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menyinergikan tiga ekosistem sebagai terobosan untuk mengakselerasi digitalisasi segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Tanah Air.
Foto: BRI
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menyinergikan tiga ekosistem sebagai terobosan untuk mengakselerasi digitalisasi segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menyinergikan tiga ekosistem sebagai terobosan untuk mengakselerasi digitalisasi segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Tanah Air. Langkah ini dilakukan agar UMKM dapat bertahan dan bangkit di tengah pandemi.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan ketiga ekosistem tersebut yakni ekosistem pasar, ekosistem digital dan ekosistem desa. Adapun perpaduan tiga ekosistem tersebut, BRI tengah membangun ekosistem bisnis sebagai sumber pertumbuhan berkelanjutan.

Baca Juga

“Sesuai pengembangan roadmap digital, BRI bertekad melayani masyarakat sebanyak-banyaknya dengan biaya seefisien mungkin melalui go smaller, go shorter dan go faster. Situasi krisis akibat pandemi corona mendorong kami berinovasi lebih cepat,” ujarnya dalam keterangan tulis, Jumat (24/7).

Dalam sinergi tiga ekosistem tersebut, BRI memberikan edukasi, pendampingan, infrastruktur dan branding serta promosi bagi pelaku usaha. Adapun bentuk-bentuk dukungan tersebut dinilai sangat dibutuhkan oleh pelaku UMKM, selain faktor pembiayaan.

“Untuk ekosistem pasar misalnya, BRI membantu pasar tradisional dengan memperkenalkan belanja online, baik melalui Whatsapp, website, mobile apps, maupun kerja sama dengan startup. Kami bangun web pasar yang mendukung hasil panen dari desa mengalir ke pasar lalu diserap oleh konsumen melalui belanja online. Jadi kami digitalisasi pasar tradisional,” jelasnya.

Menurutnya BRI berupaya untuk memperluas kehadiran web pasar, sehingga semakin banyak pedagang tradisional yang diberdayakan dan jumlah pasar tradisional yang terdigitalisasi kian bertambah. Saat ini BRI memiliki 4.247 web pasar dengan jumlah pedagang terdaftar sebanyak 45.432 orang.

“Targetnya BRI dapat membangun 5.241 web pasar dan memberdayakan 52.410 orang. Potensi pasar tradisional di Indonesia ini mencapai 14.182 pasar dan jumlah pedagang sebanyak 2,54 juta orang. Kami mendedikasikan satu orang mantri di tiap-tiap pasar untuk memberi edukasi ke anggota ekosistem pasar, salah satunya terkait cashless society,” ucapnya.

Terkait ekosistem digital, BRI telah menggandeng sejumlah perusahaan e-commerce besar dan ride hailing, mulai dari Tokopedia, Grab, Bukalapak, Shopee, Gojek, untuk pembiayaan KUR kepada merchant atau mitra mereka. Sedangkan ekosistem desa, BRI mendukung pemberdayaan ekonomi melalui pengembangan kluster dan produk unggulan serta BUMDES.

Sunarso melanjutkan langkah BRI mengorkestrasi ekosistem digital tersebut merupakan salah satu dari tiga pilar strategi digital perseroan, selain digitalisasi bisnis proses dan menghadirkan bisnis model baru demi menunjang kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakat.

“Kami terus melanjutkan tranformasi bisnis, baik aspek digital dan budaya. Digital sudah menjadi DNA BRI. Kami juga telah mengadopsi open banking dan membuka kemungkinan pemanfaatan teknologi blockchain untuk mendukung proses bisnis,” ucapnya.

Berbagai produk dan layanan digital telah dihadirkan oleh BRI, mulai dari BRIspot, Ceria (digital loan dan saving), BRImo,  hingga web pasar. BRI juga agresif membangun kerja sama dengan startup fintech seperti Investree, TaniHub, LinkAja, dan memperkuat channeling P2P lending seperti Modalku dan Investree.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement