REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Kehakiman mengatakan Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) telah mewawancarai pemegang visa di lebih dari 25 kota yang diduga menyembunyikan keanggotaan militer China, Kamis (24/7). Pengumuman ini akan menjadi pemicu ketegangan baru antara dua ekonomi terbesar di dunia.
"Anggota Tentara Pembebasan Rakyat China ini mengajukan permohonan visa penelitian sambil menyembunyikan afiliasi mereka yang sebenarnya dengan PLA," kata pernyataan itu mengutip Asisten Jaksa Agung John Demers.
Pemerintah telah mengintensifkan tuduhan bahwa China menggunakan operasi dunia maya dan spionase untuk mencuri teknologi, militer, dan pengetahuan Amerika Serikat (AS). Cara ini diduga merupakan strategi untuk menggantikan Washington sebagai kekuatan finansial dan militer terkuat di dunia, sedangkan Beijing membantah tuduhan itu.
"Ini adalah bagian lain dari rencana Partai Komunis China untuk mengambil keuntungan dari masyarakat terbuka kita dan mengeksploitasi institusi akademik," kata pernyataan Departemen Kehakiman.