REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Jumlah pasien virus corona baru atau Covid-19 yang meninggal dunia di India menyalip Prancis pada Jumat (24/7) waktu setempat. Pemerintah India mencatat terdapat 30.601 kematian di seluruh negeri.
Dalam sehari, Kementerian Kesehatan India mencatat hampir 50 kasus infeksi positif baru. Menurut data statistik worldometers, kematian akibat Covid-19 di India kini menjadi yang terbesar keenam di bawah Amerika Serikat (AS) AS, Brasil, Inggris, Meksiko, dan Italia. India juga memiliki beban kasus tertinggi ketiga dengan hampir 1,3 juta infeksi.
"Dalam 24 jam terakhir negara mencatat 740 kematian baru dari virus dan 49.310 infeksi baru," menurut kementerian kesehatan dikutip laman Channel News Asia, Jumat (24/7).
Namun demikian, banyak ahli mengatakan bahwa dengan tingkat pengujian yang rendah, tingkat pandemi di negara berpenduduk terbesar kedua di dunia ini mungkin jauh lebih buruk daripada yang dilaporkan secara resmi. Sebuah studi antibodi yang ditugaskan oleh pemerintah menunjukkan bahwa hampir seperempat orang di ibu kota India, New Delhi memiliki virus atau hampir 40 kali lipat dari jumlah resmi.
Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi memberlakukan salah satu dari penutupan atau karantina wilayah paling ketat di dunia pada akhir Maret. Namun dengan mudahnya dilonggarkan untuk mengurangi dampak ekonomi yang merusak dari pandemi tersebut.
Pemerintah di beberapa negara bagian telah memberlakukan pembatasan baru ketika kasus-kasus melambung tinggi di Bangalore dan jauh dari kota-kota besar di Bihar, Benggala Barat, Kashmir, dan sebagian Tamil Nadu. Negara bagian Kerala selatan, semisal, yang sebelumnya dipuji sebagai kisah sukses dan yang telah memberlakukan pembatasan parsial, dapat memutuskan pada Senin untuk memberlakukan karantina wilayah seluruh negara bagian penuh.