REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menyatakan, industri ritel mulai bergerak. Para pelaku ritel pun terus berkreasi demi menarik konsumen.
"Sampai hari ini kita lihat kreativitas pelaku ritel di online dan offline sangat banyak timbul ide-ide baru supaya tetap ada perputaran uang uang. Dipisahkan antara uang berputar dan keuntungan, karena yang penting mutar dulu uangnya, sehingga bisa menahan resesi," ujar Ketua Umum Hippindo Budiharjo Iduansjah kepada Republika pada Jumat (24/7).
Ia menyebutkan, omset pelaku ritel pun mulai naik seiring pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan memasuki era kenormalan baru. Saat PSBB diberlakukan, omset sektor ritel hanya sekitar 10 persen sampai 20 persen, kini sudah hampir mencapai 50 persen.
"Otomatis sekarang sudah timbul pergerakan ekonomi meski belum sesuai target. Sebab demand bergerak ekonomi jadi bergerak," kata Budi.
Hippindo berharap, total omset ritel tahun ini setidaknya bisa mencapai 50 persen dari tahun lalu. "Bila bisa dapat 50 persen dari tahun lalu saja sudah bagus, kalau bisa sampai 70 persennya atau lebih ya bagus," tuturnya.
Ia menambahkan, keberadaan marketplace serta layanan antar makanan lewat aplikasi sangat membantu bisnis ritel. Sebab dapat menjangkau konsumen semakin luas.
Berdasarkan pengalaman, Budi menilai, konsumsi dalam negeri memang berkali-kali menyelamatkan Indonesia dari ancaman krisis. Maka harus didorong.
Berbagai program pemerintah seperti Gerakan Bangga Buatan Indonesia dan lainnya, menurut dia, bagus dalam mendorong masyarakat berbelanja produk lokal. Pada Agustus mendatang, Hippindo juga akan mengadakan program Hari Belanja Diskon.
Lebih lanjut, Budi meminta pemerintah supaya menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) secara tepat ke masyarakat. "Terus gaji para karyawan dibayarkan, ini membantu menggerakkan ekonomi khususnya daya beli masyarakat," jelasnya.