REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) menyatakan, industri makanan dan minuman (mamin) mulai membaik. Terlihat dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari IHS Markit yang berada di level 39,1 pada Juni, naik 10,5 poin dibanding Mei 2020 yang sebesar 28,6.
"Kalau lihat indeks Juni membaik. Mei paling jelek," ujar Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman saat dihubungi Republika.co.id pada Jumat (24/7).
Sebelumnya pada Maret, Gapmmi melakukan survei terhadap para anggotanya terkait penurunan kinerja industri. Hasilnya, sebagian besar menyatakan penurunan sekitar 30 sampai 40 persen.
Adhi mengakui, saat ini Gapmmi belum melakukan survei lagi, namun industri makin terlihat ada perbaikan. "Pada kuartal III perkiraan industri mamin tumbuh 0 sampai 1 persen," katanya.
Menurutnya, konsumsi masyarakat memang penting dalam perekonomian nasional. Pengeluaran penduduk Indonesia per kapita pun, sebanyak 49 persen disumbang oleh pangan.
"Lalu pangan olahan menyumbang 17 persen. Jadi kalau konsumsi turun, maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi," jelas Adhi.
Ia menyebutkan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama turun dari biasanya sekitar 5 persen menjadi hanya 2,8 persen. "Diperkirakan kuartal dua juga masih rendah. Kemungkinan pada kuartal ketiga sedikit naik, karena kuartal dua sudah menjadi yang terendah," tuturnya.