Jumat 24 Jul 2020 20:28 WIB

Revilla Oulina, Perempuan Minang Ini Komandan PBB di Sudan

Keberanian dan kepiawaian membawanya menjadi komandan perempuan pertama pasukan PBB.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Agus Yulianto
Letnan Kolonel (Sus.) Revilla Oulina Piliang, M.Pd, M.Si, Komandan pasukan PBB perempuan pertama yang berasal dari Sumatera Barat
Foto: Republika/Febrian Fachri
Letnan Kolonel (Sus.) Revilla Oulina Piliang, M.Pd, M.Si, Komandan pasukan PBB perempuan pertama yang berasal dari Sumatera Barat

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Febrian Fachri

Berjenis kelamin perempuan ternyata bukan jadi halangan bagi Revilla Oulina untuk mengukir prestasi di dunia angkatan bersenjata. Wanita Minangkabau yang lahir di Padang Pariaman tersebut menjadi perempuan pertama yang menjadi komandan pasukan PBB saat bertugas di Sudan pada 2017-2018 lalu.

Di sana, tepatnya di Darfur, Kota Al-Fashir, Sudan, Letnan Kolonel villa menjadi bagian dari pasukan perdamaian PBB di tengah konflik dan perang saudara di Sudan. Villa menjadi prajurit Wanita TNI Angkatan Udara (WARA) dan menjadi bagian tim United Nation African Union Mission (Unamid). Di tim tersebut, Villa diangkat menjadi Chief U9 Unamid.

"Saat itu (2017) yang berangkat dari Indonesia ke Sudan hanya 7 orang. Saya satu-satunya yang perempuan. Di sana kami membantu renovasi klinik, rumah ibadah, pasar, dan memberikan layanan sosial lainnya. Kami juga mengawal aktivitas masyarakat karena berada di wilayah konflik perang saudara di Sudan," kata Villa kepada Republika melalui sambungan Video Call, Jumat (24/7).

Atas keberanian dan kepiawaiannya sehingga menjadi komandan perempuan pertama pasukan PBB di Sudan, Villa diberi penghargaan berupa medali Penjaga Perdamaian PBB atau UN Peacekeeping Medal pada 2018 lalu. Tugas Revilla di Sudan berakhir pada Juli 2018 lalu. Setelah itu ia kembali ke Indonesia. Sekarang Alumnus Universitas Bung Hatta tersebut bertugas di Sekolah Komando Kesatuan Angkatan Udara (SEKKAU) yang bermarkas di Halim Perdana Kusumah, Jakarta Timur. Di SEKKAU, Villa menjadi pendidik bagi prajurit-prajurit baru. Selain punya prestasi mengkilap di kancah dunia, Villa dinilai cocok sebagai pendidik karena ia di tingkat SMA, Villa menempuh pendidikan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) 2 Padang.

"Sekarang saya di bagian pendidikan SEKKAU. Karena saya juga ada latar belakang sebagai pengajar karena saya pernah sekolah SPG," ucap Villa.

Bermula dari Menwa Bung Hatta dan Ingin Kurus

Revilla bercerita, sewaktu masih remaja, ia bercita-cita bukan menjadi tentara. Melainkan menjadi Polisi Wanita (Polwan). Walaupun ayahnya juga seorang veteran tentara, Villa berkeinginan menjadi Polwan karena berpikir menjadi Polwan lebih keren di kampungnya di. Villa lahir dan besar di Korong Bukik Caliak, Nagari Campago, Kecamatan V Koto Kampuang Dalam, Kabupaten Padang Pariaman.

photo
Letnan Kolonel (Sus.) Revilla Oulina Piliang, M.Pd, M.Si, Komandan pasukan PBB perempuan pertama yang berasal dari Sumatera Barat - (Republika/Febrian Fachri)

Tapi cita-citanya berubah begitu Villa sudah memasuki jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi di Universitas Bung Hatta (UBH). Villa kuliah di UBH di  Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.

Untuk kegiatan ekstrakurikuler, Villa muda masuk organisasi mahasiswa Resimen Mahasiswa (Menwa) UBH. Tujuan Villa masuk Menwa hanya sederhana saja. Yakni ia ingin kurus. Saat masih mahasiswa, Villa merasa badannya gemuk. Ia meyakini masuk Menwa bisa membuat berat badannya berkurang karena rutinitas latihan militer.

Kemudian saat baru dapat dari kampus UBH, Villa berliburan ke Jakarta. Tepatnya saat berada di kawasan Tugu Tani Jakarta Pusat, Villa melihat ada truk yang membawa Kompi TNI Angkatan Laut. Di atas truk TNI AL, Villa juga melihat ada personel yang juga perempuan.

"Sangat keren waktu itu. Ngeliat tentara perempuan pakai seragam. Jadinya sangat ingin masuk tentara. Karena sudah ada basic juga di Menwa," ucap Villa.  

Villa yang membulatkan tekadnya untuk melanjutkan pendidikan di  Sekolah Perwira Prajurit Karier Tentara Nasional Indonesia pada tahun 1996. Di sanalah Villa ditempatkan sebagai personel TNI AU.

Singkat cerita, perintah kepada Villa dari kesatuannya untuk bertugas ke Sudan berawal dari keberhasilannya menyelesaikan  Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau) di Lembang, Bandung. Villa dianggap punya intelektualitas dan kinerja baik dimasukkan ke dalam 7 orang TNI untuk kontingen Garuda untuk PBB di Sudan.

Revilla berpesan, kepada prajurit muda atau pemuda Indonesia agar rajin belajar sejak dini. Supaya dapat mencapai cita-cita di jalur yang benar. Menurut Revilla, walau sebagai perempuan, bukanlah halangan untuk mencatatkan prestasi.

"Tanamkan niat, belajar yang rajin dan menjadilah orang pemberani. Mau jadi tentara, atau apa, asalkan rajin dan berani, cita-cita akan tercapai," kata Revilla.

Dari Kecil Sudah Mandiri dan Tidak Manja

Revilla merupakan anak ke 8 dari 9 bersaudara. Meski terbilang anak yang lahir belakangan dan punya 7 orang kakak di atasnya, Revilla tidak pernah manja. Ia sudah terbiasa mandiri dan tegar sejak kecil.

photo
Letnan Kolonel (Sus.) Revilla Oulina Piliang, M.Pd, M.Si, Komandan pasukan PBB perempuan pertama yang berasal dari Sumatera Barat - (Republika/Febrian Fachri)

Fitri Yesna, salah seorang kakak perempuan Revilla mengatakan, Revilla sudah menjadi pribadi yang rajin sejak kecil. Ia selalu menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan orang tuanya. Fitri yang akrab disapa Uni Upik melihat sifat mandiri Revilla tertanam karena sejak usia 4 tahun sudah ditinggal ayahnya yang meninggal dunia. Sehingga Revilla kecil tidak pernah mau membuat sang ibu susah.

Kemudian sifat Revilla sedari kecil menurut Uni Upik adalah tidak manja. Saat masih muda, Revilla pernah kecelakaan dan salah satu kakinya terluka. Tapi hal itu tidak menjadi halangan bagi Villa untuk melakukan pekerjaan menjahit. Villa melakukan pekerjaan sampingan sebagai penjahit untuk uang tambahan saat kuliah.

Selain itu, Villa juga tidak malu-malu bekerja sambilan sebagai tukang cuci baju pakaian.

"Memang sudah mandiri. Villa tidak mau merepotkan keluarga. Padahal orang tua kami dan para kakaknya bisa saja membantu tapi dia tidak mau," ucap Uni Upik.

Uni Upik yang kini menjadi satu-satunya keluarga Villa yang tinggal di kampung halaman di Padang Pariaman merasa sangat bangga dengan pencapaian adik kecilnya itu. Uni Upik meyakini mendiang ayah dan ibu mereka juga pasti bangga dengan pencapaian Revilla.

Uni Upik tidak heran baru sekarang nama adiknya ramai diperbincangkan publik terutama di sosial media. Bukan dari 2018 lalu saat Villa pulang dari Sudan dan menerima penghargaan dari PBB. Karena Revilla menurut Uni Upik memang tidak suka pekerjaannya diumbar-umbar sejak dulu.

Karena untuk masuk ke Sekolah Perwira Prajurit Karier Tentara Nasional Indonesia, Villa tidak memberi tahu mendiang ibunya. Karena saat itu ia takut dilarang masuk TNI oleh ibunya.

"Tidak mau dia dulu dibilang-bilang kalau masuk di angkatan. Takut ibu tidak setuju. Walaupun pada akhirnya ibu tahu juga dan tidak lagi melarangnya," cerita Uni Upik.

Uni Upik mengaku saat ini melepas rindu dengan sang adik hanya lewat video call. Lebaran Idul Fitri kemarin, Revilla tidak pulang kampung karena Sumbar sedang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Uni Upik sendiri sudah rindu dengan Revilla. Terakhir kali mereka bertemu pada tahun 2017 lalu saat Revilla berpamitan sebelum berangkat ke Sudan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement