Sabtu 25 Jul 2020 08:48 WIB

Demi Belajar Daring, Siswa Palupuah Berburu Sinyal ke Bukit

Tidak semua siswa di Agam dapat dengan mudah melakukan belajar daring.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah pelajar berjalan usai mengerjakan tugas dengan menggunakan telepon gengam pintar di Jorong Sungai Guntuang, Nagari Pasia Laweh, Kecamatan Palupuah, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Kamis (23/7/2020). Akses internet menjadi kendala utama pada pelaksanaan pembelajaran jarak jauh di era tatanan normal baru bagi pelajar yang tinggal di daerah pelosok di Kabupaten Agam, karena mereka harus berjalan kaki atau menggunakan sepeda motor sejauh delapan km dari rumah untuk mendapatkan jaringan internet.
Foto: ANTARA/Muhammad Arif Pribadi
Sejumlah pelajar berjalan usai mengerjakan tugas dengan menggunakan telepon gengam pintar di Jorong Sungai Guntuang, Nagari Pasia Laweh, Kecamatan Palupuah, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Kamis (23/7/2020). Akses internet menjadi kendala utama pada pelaksanaan pembelajaran jarak jauh di era tatanan normal baru bagi pelajar yang tinggal di daerah pelosok di Kabupaten Agam, karena mereka harus berjalan kaki atau menggunakan sepeda motor sejauh delapan km dari rumah untuk mendapatkan jaringan internet.

REPUBLIKA.CO.ID, AGAM -- Kabupaten Agam, Sumatra Barat masih tergolong zona kuning. Agam masih harus menyelenggarakan pendidikan jarak jauh dalam jaringan. Tapi ternyata tidak semua siswa di Agam dapat dengan mudah melakukan belajar daring.

Di antaranya bagi pelajar di Jorong Sungai Guntuang, Nagari Pasie Laweh, Kecamatan Palupuah, Agam. Peserta didik dari daerah tersebut harus naik ke puncak bukit untuk mendapatkan sinyal supaya tetap bisa mengikuti belajar daring.

Baca Juga

"Tiap hari harus ke sini puncak bukit. Belajar dan membuat tugas yang diberikan guru," kata salah seorang pelajar SMP di Palupuah, Nanda, Jumat (25/7).

Pelajar asal Sungai Guntuang, Nagari Pasia Laweh harus naik ke puncak bukit Pakan Salasa setiap mau belajar daring. Puncak bukit tersebut juga sering disebut Kelok HP. Disebut kelok HP karena di sana tempat satu-satunya untuk mengakses sinyal HP.

Sejak sekolah menerapkan belajar daring, Kelok HP ramai dikunjungi pelajar. Ada pelajar yang duduk di pinggir jalan, ada yang belajar di pondok-pondok kecil di pinggang bukit dan ada yang sampai ke puncak bukit Pakan Salasa.

Nanda menyebut, kendala yang cukup berat bagi siswa yang belajar daring di Bukit Pakan Salasa bila cuaca sudah hujan. "Jarak dari rumah ke sini cukup jauh. Satu-satunya tempat yang ada sinyal cuma di sini. Kalau sudah hujan, ya kami terpaksa hujan-hujanan di sini," ucap Nanda.

Debi, siswa yang juga berasal dari Palupuah mengaku selain susah untuk belajar daring, ketiadaan sinyal internet di kampungnya juga membatasi interaksi dan perkembangan di dunia luar. Debi berharap pemerintah membangun fasilitas supaya masyarakat Palupuah tidak ketinggalan dari daerah lain yang sudah mengikuti perkembangan zaman. "Kalau belajar dari rumah sudah pasti tidak bisa pak. Kami harus jauh-jauh ke bukit biar dapat sinyal," ujar Debi.

Pelajar dari Jorong Sungai Guntuang, Nagari Pasie Laweh mendatangi Bukit Pakan Salasa untuk mencari sinyal sudah atas sepengetahuan orang tua. Bahkan tidak sedikit pelajar yang naik bukit diantarkan orang tua karena merasa tidak aman membiarkan anaknya pergi sendirian.

Tati, Salah seorang orang tua siswa mengaku harus mengantarkan anaknya ke puncak bukit supaya hatinya tidak risau membiarkan anaknya pergi jauh. Menurut Tati, pergi ke Bukit Pakan Salasa menjadi satu-satunya solusi bagi pelajar Sungai Guntuang termasuk anaknya. Tati menyebut biasanya ia menemani anaknya belajar di Bukit Pakan Salasa lebih kurang selama dua jam setiap hari. Tati berharap pemerintah segera mengadakan tower agar jaringan internet mudah diakses cukup dari rumah.

"Saya tiap hari mengantarkan anak ke sini (Bukit Pakan Salasa) biar aman. Tidak bisa belajar mereka kalau di rumah. Karena memang hanya di sini ada sinyal internet," kata Tati.

Bupati Agam Indra Catri mengakui di Palupuah kondisi sinyal memang masih sulit diakses. Indra menyebut Pemda sudah lama mengusulkan agar perusahaan provider membangun tower di Palupuah. Tapi sampai sekarang belum ada perusahaan yang bersedia membangun tower karena memikirkan aspek ekonomi.

"Perusahaan tentu menghitung-hitung untung dan rugi. Sudah lama kita usulkan agar dibangunkan tower. Sekarang kami paham di masa pandemi warga terutama pelajar butuh jaringan internet," kata Indra Catri.

Jorong Sungai Guntuang dihuni oleh 320 KK. Daerah yang menghubungkan Kabupaten Agam dengan Kabupaten Pasaman ini juga sarat dengan perbukitan, hutan dan lembah.

Indra Catri mengatakan sejauh ini baru sepertiga daerah Agam yang sudah lancar akses internet. Menurut Indra, persoalan pendidikan daring tidak hanya sinyal internet. Tapi juga persoalan peralatan. Karena tidak semua warga memiliki telepon pintar, komputer dan laptop.

Dalam kesempatan berbeda, Anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade meminta Pemkab Agam segera mengirimkan surat kepada Telkomsel supaya membangukan tower untuk warga Palupuah. Menurut Andre, semua pelajar berhak untuk kemudahan akses internet terutama di masa pandemi. Andre tidak ingin ada pelajar di Agam dan Sumbar yang tidak dapat mengikuti pelajaran hanya karena keterbatasan sinyal internet.

"Saya minta bupati segera surati Telkomsel. Tulis koordinat, nagari dan lain-lain. Supaya anak-anak kita tidak lagi harus naik bukit untuk belajar," kata Andre.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement