REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengakui investasi terpukul imbas Covid-19. Tak hanya investasi, tapi juga dari sisi konsumsi.
"Dari sisi permintaan, konsumsi, dan investasi itu betul-betul terpukul berat. Kita petakan itu dari awal tahun sampai sekarang ini," katanya dalam acara daring Sore Bersama LBP bertajuk "Investasi di Tengah Pandemi", Sabtu (25/7).
Meski terpukul berat, Luhut menjelaskan bahwa saat ini sudah mulai terlihat ada geliat dari sisi ekspor. Geliat itu terjadi di sektor hilirisasi ekspor yang kerap digemborkan Luhut dalam setiap kesempatan.
Berdasarkan data yang dipaparkannya, ekspor besi dan baja (iron and steel) yang merupakan produk hilirisasi tumbuh lebih tinggi daripada ekspor kendaraan pada masa pandemi ini. "Dari 2014, ekspor raw material kita 1,1 miliar dolar AS. Sementara ekspor mobil 5,2 miliar dolar AS. Tahun 2019 lalu, setelah smelter kita bangun, kita ekspor 7,4 miliar dolar AS iron and steel dan mobil 8,1 miliar dolar AS," katanya.
Berdasarkan data per 25 Juli 2020, lanjut dia, ekspor untuk besi dan baja mencapai 4 miliar dolar AS. Sementara ekspor kendaraan nilainya mencapai 2,3 miliar dolar AS.
Luhut menargetkan pada tahun ini ekspor besi dan baja bisa mencapai 10 miliar dolar AS didukung dengan terus didorongnya pengembangan hilirisasi mineral.
Menurut dia, meski nilainya masih kecil daripada sektor lain, jumlahnya tetap akan sangat membantu kinerja ekspor. "Tahun ini kita harapkan iron and steel kita ekspor 10 miliar dolar AS dan itu sangat berpengaruh pada nilai ekspor kota, lapangan kerja, penerimaan pajak dan lainnya," ujarnya.