Ahad 26 Jul 2020 11:57 WIB

Turki Ubah Museum Jadi Masjid, Israel Ganti Masjid Jadi Bar

Perubahan fungsi Masjid Al-Ahmar jadi bar menuai kecaman warga Palestina.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Teguh Firmansyah
Orang-orang melakukan salat Jumat pertama selama upacara pembukaan resmi Hagia Sophia sebagai masjid di Istanbul, Turki, 24 Juli 2020.
Foto: EPA-EFE/TOLGA BOZOGLU
Orang-orang melakukan salat Jumat pertama selama upacara pembukaan resmi Hagia Sophia sebagai masjid di Istanbul, Turki, 24 Juli 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia Barat menentang keras saat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengembalikan Hagia Sophia menjadi masjid. Keputusan Erdogan dianggap intoleran dan mencederai hati umat Kristen dunia. Padahal Dunia Barat bisu saat Israel mengubah masjid di Palestina menjadi bar.

Pada April 2019, Israel yang menduduki wilayah Palestina mengubah status fungsi Masjid Al-Ahmar menjadi bar. Padahal Masjid itu masuk kategori masjid bersejarah bagi warga Palestina lantaran dibangun di abad ke-13.

Masjid yang berada di distrik Safed itu juga punya model arsitektur langka nan unik. Distrik Safed diketahui sempat menjadi rumah untuk 12 ribu warga Palestina hingga dipaksa keluar dari rumah mereka pada 1948 oleh Zionis Israel.

Aksi Israel pada tahun lalu itu kembali mencuat pascatuduhan intoleransi yang ditujukan pada dunia Muslim, terkhususnya pada Turki. Sedangkan Israel sendiri bertindak arogan dan intoleran atas pengubahan fungsi Masjid Al-Ahmar.

Berdasarkan kajian sejarawan, Masjid Al-Ahmar dianggap sebagai salah satu masjid bersejarah di Timur Tengah. Masjid Al-Ahmar menjadi saksi bisu sejarah panjang di wilayah itu. Hal itu disampaikan sejarawan sekaligus warga lokal Safed, Mustafa Abbas yang menceritakan Masjid itu dibangun oleh Sultan Mameluk Al Daher Baibars pada 1223-1277.

Penamaan Al-Ahmar yang artinya merah disematkan karena Masjid itu memakai batu bata merah sebagai bahan bangunan. Masjid Al-Ahmar disebut mengalami beberapa kali perubahan fungsi sejak pendudukan Israel di akhir perang dunia II.

Abbas menyebut, Masjid Al-Ahmar dipakai dalam berbagai kegiatan seperti pernikahan sebelum menjadi bar tahun lalu. Masjid itu tak lagi diizinkan untuk lokasi peribadahan bagi umat Muslim. Pasukan keamanan Israel tak akan segan menyerang Muslim yang nekat coba-coba beribadah disana.

Sebelum menjadi tempat kegiatan pernikahan dan bar, Israel pernah menjadikan Masjid Al-Ahmar sebagai sekolah Yahudi. Lalu pada pada 2006, bangunan masjid itu difungsikan sebagai kantor pusat kampanye Partai Kadima yang dibentuk Partai Likud (partai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu). Selanjutnya Masjid Al-Ahmar digunakan sebagai gudang pakaian.

Lalu pada April 2019, Masjid Al-Ahmar diubah menjadi bar dan aula pesta pernikahan oleh perusahaan Israel yang terhubung dengan kotamadya Safed. Namanya pun kini menjadi Khan Al-Ahmar. "Masjid Al-Ahmar mendapat namanya dari batu bata merah. Hari ini, Masjid digunakan untuk berbagi fungsi, kecuali sebagai tempat ibadab Muslim," kata Abbas pada Al-Qodus Al-Arab dilansir dari Gulf News dalam pemberitaan 14 April 2019.

Protes keras meluncur deras dari warga dan otoritas Palestina dengan perubahan status Masjid Al-Ahmar menjadi bar. Salah satunya datang dari Sekretaris Badan Abadi Islam Palestina, Khair Tabari. Ia tak menyangka Israel tega mengubah Masjid Al-Ahmar menjadi bar. Ia lalu mengajukan permintaan ke pengadilan Nazareth supaya Masjid Al-Ahmar dikembalikan ke Badan Abadi Islam.

Tabari sudah melampirkan dokumen guna membuktikan kepemilikan Islam atas tanah dan bangunan Masjid Al-Ahmar dalam gugatannya. Sayangnya, pengadilan belum mengambil keputusan apapun sampai hari ini. Ini menandakan intoleransi dan diskriminasi Israel pada Muslim. "Saya kaget saat menyaksikan tindakan vandalisme di dalam masjid," ungkap Tabari.

Keluhan Tabari bukan tanpa dasar. Bagi warga Palestina dan Muslim, tindakan Israel atas Masjid Al-Ahmar sungguh kelewat batas. Bahkan Israel menodai Masjid dengan simbol agama lain. "Dapat terlihat bahwa ayat-ayat Alquran di dalam Masjid diganti dengan Ten Commandments (10 Perintah) dalam bahasa Ibrani," ujar Tabari.

Simbol intoleransi Israel tak hanya bisa disaksikan dari pengubahan fungsi Masjid Al-Ahmar. Masjid Yunani yang juga berada di distrik Safed turut diubah fungsinya oleh Israel menjadi pusat galeri seni. Muslim lalu dilarang melaksanakan shalat di Masjid yang telah ada sejak abad ke-13 itu.

Tindakan Israel mengubah status Masjid-Masjid ini dianggap menjadi langkah strategis dalam melenyapkan situs-situs bersejarah milik warga Palestina. Dengan demikian maka seolah identitas asli Palestina hilang dari wilayah tersebut.

Hingga detik ini, Israel terus menyerang Masjid Al-Aqsa. Padahal mereka tahu Masjid itu merupakan tempat suci ketiga Muslim karena pernah didaulat sebagai kiblat shalat. "Yahudi mengubah banyak Masjid, terutama di kota dan desa dimana penduduk lokalnya diusir lalu diduduki kaum Yahudi. Yahudi mengubah banyak Masjid menjadi klub malam, sinagog atau dihancurkan," ucap Menteri Wakaf dan Urusan Beragama Palestina saat itu, Yusuf Adais.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement